Ini Rasanya Menyusuri Ujung Pulau Jawa dengan Xpander

Mitsubishi Xpander
Sumber :
  • VIVA/Jeffry Yanto

VIVA – Kehadiran mobil keluarga Mitsubishi Xpander mengubah peta penjualan kendaraan di Indonesia. Selain daftar tunggunya hingga berbulan-bulan, mobil yang meluncur perdana pada pertengahan 2017 itu saat ini menjadi yang terlaris di Tanah Air.

Xpander ditawarkan dalam enam varian dengan harga beragam. GLX MT yang jadi tipe terendah dibanderol Rp197,1 juta, GLS MT Rp215,6 juta, Exceed MT Rp222,6 juta, Exceed AT Rp233 juta, Sport AT Rp245,2 juta, dan kasta tertinggi Ultimate AT dijual Rp253,4 juta.

Untuk varian Sport dan Ultimate, Low Multi Purpose Vehicle (MPV) ini dilengkapi sistem keamanan HSA (Hill Start Assist), ASC (Active Stability Control), ABS (Anti-lock Braking System), EBD (Elektronik Brakeforce Distribution), ESS (Emergency Stop Signal), BA (Brake Assist), dan dua kantung udara.

Varian Exceed transmisi manual yang VIVA coba belum lama ini selama enam hari, dilengkapi ABS, EBD, dan ESS. Untuk menguji ketangguhannya, VIVA melakukan perjalanan dari Jakarta ke Taman Nasional Ujung Kulon, Banten dengan jarak tempuh 194,6 kilometer dan hasil konsumsi bahan bakar 13 kilometer per liter.

Mobil berisi lima orang berat rata-rata 70 kilogram, belum termasuk bagasi yang penuh barang. Kondisi jalan beragam sebelum sampai Ujung Kulon, macet di dalam kota sampai tanjakan dan turunan dengan kecepatan rata-rata 20-60 km per jam, dan kondisi lancar di tol dengan kecepatan 80-110 km per jam.

Sebelum sampai tujuan, kami sempat mencoba akselerasinya di tol Serang Timur dengan kecepatan 140 km per jam. Tidak terasa gejala goyang atau limbung saat melaju pada kecepatan tinggi, masih stabil untuk sebuah Low MPV.

Namun saat jalanan mulai macet, pada putaran mesin 1.800-2.000 rotasi per menit, ketika meindahkan gigi dari satu ke dua ada penurunan tenaga, meski tidak terlalu terasa jedanya.

***

Ketika kami melewati Tanjung Lesung, tepatnya di Kecamatan Sumur, Pandeglang, jalanan rusak dengan permukaan bebatuan, serta tanah licin mulai menghantui. Tapi, berkat peredam kejut yang teknologinya diadopsi dari Mitsubishi Lancer, kami masih merasa nyaman.

Dengan ground clearance 205 milimeter, sesekali kolong mobil mentok gundukan tanah, namun torsi yang dihasilkan memudahkan kami keluar dari jalanan rusak tersebut.

Ketika melintasi tanjakan curam di kawasan pelabuhan, sempat terjadi antrean. Kami merasa fitur HAS memang dibutuhkan untuk transmisi manual, agar mobil tidak mudah mundur saat hendak memindahkan kaki dari rem ke kopling.

Untuk pengendalian, saat bermanuver dengan permukaan jalan yang mulus, gejala body roll beda tipis dengan Honda Mobilio.

Fitur hiburan di dalam kabin tidak semewah varian Ultimate yang sudah layar sentuh. Tidak bisa terhubung ke smartphone, hanya tersedia MP3, CD, Radio, AUX, dan USB terpisah.

Untuk speaker, pada Exceed tidak ada tweeter, total hanya empat speaker. Setirnya belum dilapisi kulit seperti Sport dan Ultimate, namun sudah dilengkapi tombol pengaturan audio. Selain itu, layar informasi pada Exceed belum berwarna, namun informasi pengingat servis masIh tersedia.

Saat dalam kabin, kekedepan suaranya sangat bagus ketimbang mobil sekelasnya. Hanya, penerangan utamanya kurang terang.