Yamaha Jengkel XMAX Bekas Lebih Mahal dari Barunya
- VIVA/Rendra Saputra
VIVA – PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing atau YIMM merespons harga motor skuter matik bongsornya XMAX 250 dalam kondisi bekas lebih mahal ketimbang barunya. Dari penelusuran di situs jual beli online, dan penuturan beberapa pedagang motor bekas, XMAX 250 berstatus seken dibanderol dengan harga sekitar mulai Rp56 – 58 juta.
Harga itu tentu sangat berbeda dengan harga XMAX 250 dalam kondisi baru yang dijual pabrikan melalui sistem online, yaitu Rp55 juta on the road Jakarta, sebagaimana yang tertera dalam laman resmi Yamaha.
Deputy General Manager Marketing YIMM Eddy Ang, tak menampik bahwa banyak oknum yang melakukan cara curang, yakni dengan menaikkan harga skutik bongsor XMAX 250.
"Jadi belakangan memang ada hal yang semacam ini, saya lihat bukan di situs jual beli. Di Facebook ada, Instagram ada," kata Eddy kepada VIVA di Jakarta, Senin, 8 Januari 2018.
Konon kata dia, penjual itu memanfaatkan dalih inden lama kepada konsumen dengan mematok harga yang lebih tinggi dari harga yang dijual resmi pabrikan. "Cara kerja mereka begini, setiap tanggal 10 kami buka (inden), dia punya modal, dia inden dulu. Nah begitu dia dapat, dia tebus, kasih ke konsumen yang berani bayar lebih tinggi," ujarnya menambahkan.
Ubah Strategi
Kebanyakan kata dia, konsumen enggan menunggu lama motor itu berasal dari luar daerah, atau kebanyakan konsumen ini bisa dibilang lebih banyak berasal dari timur Pulau Jawa. sehingga mereka berani membayar lebih.
"Karena orang di Timur ini umumnya tidak terbiasa beli online. Konsumen ini kan orang yang mapan, mana mau sih mereka lama menunggu motornya ini. Dan rata-rata mereka malas inden, ketika ada motor harga yang lebih mahal ya mereka enggak peduli, ada uangnya kok," kata dia.
Eddy mengatakan, ulah tersebut bukan berasal dari diler resmi motor Yamaha, melainkan oknum tertentu. Tindakan tersebut, lanjut dia, jelas merugikan pabrikan Yamaha. Untuk itu pihaknya mempertimbangkan ke depan penjualan akan dilakukan secara langsung ke diler.
"Makanya saat ini kami sedang mengupayakan, mempertimbangkan jual offline untuk menghindari hal-hal semacam ini, harganya di-up (dinaikan). Karena banyak juga konsumen yang meminta, jangan online saja," tuturnya.