Perjuangan Harley Davidson Meski Terus Ditinggal Penggemar

Touring Harley-Davidson
Sumber :
  • viva.co.id/Jeffry Sudibyo

VIVA.co.id – Pabrikan motor gede Harley Davidson terus diterpa isu miring. Performa penjualannya terus mengalami penurunan sejak tiga tahun terakhir. Awal pekan ini, Harley Davidson kembali menyatakan bakal memberhentikan 83 orang di pabriknya di Menomonee Falls, Wisconsin.

Artinya hingga kini sudah ada 180 pekerja di bagian manufaktur yang di-PHK. Perusahaan juga telah melakukan pengurangan serupa tahun lalu. Laporan menyebut, pejabat serikat pekerja setempat berencana bertemu dengan manajemen Harley Davidson untuk membahas situasi ini.

Seperti dilansir Rideapart, Kamis, 27 Juli 2017, sejumlah pengamat industri telah mengemukakan alasan utama mengapa Harley Davidson mulai ditinggal konsumennya. Ada beberapa faktor, salah satunya adalah kecenderungan generasi milenial yang minim melakukan pembelian sepeda motor besar.

Tak cuma itu, ada beberapa faktor lain yang turut menyumbang amblasnya penjualan Harley Davidson belakangan. Di antaranya desain yang tak punya banyak perubahan, demografi pasar yang menua, penurunan minat terhadap motor bermesin besar dan paling berkontribusi adalah tingkat persaingan makin ketat dengan merek-merek sepeda motor besar. Seperti BMW, empat merek Jepang, dan motor-motor India yang mulai merasuki pasar berharga terjangkau.

Namun juga perlu dicatat, hingga kini hanya Harley-Davidson yang telah berkecimpung dalam bisnis ini selama 113 tahun. Mereka juga telah mengalami fluktuasi pasar yang parah sebelumnya, jatuh dan kemudian bangkit lagi. Artinya prediksi tentang malapetaka lebih besar soal nasib Harley dianggap terlalu dini. 

Terobosan baru

Sementara itu Chief Executive Office Harley Davidson Matt Levatich mengatakan, saat ini pihaknya tengah mempertimbangkan cara baru untuk merangsang pembelian motor agar penjualan tak semakin terjun bebas. Di antaranya adalah menawarkan teknologi yang dibutuhkan pengendara, termasuk memperkenalkan motor dengan harga murah.

"Kita harus melihat tren psikologis, panggung dan demografis untuk membesarkan pasar Harley. Kita harus memahami dan memenuhi pelanggan di mana saja mereka berada, apakah mereka generasi milenium, Gen X, Gen Y, atau babyboomer, atau generasi yang akan datang. Kita harus bergeser untuk membangun motor yang sesuai dengan kebutuhan mereka," demikian ungkapan Levatich seperti dikutip The Street.

Kata dia, orang dewasa maupun kalangan milenial yang sebelumnya tertarik melakukan pembelian kini mulai meninggalkan kepemilikan sepeda motor. Mereka justru lebih nyaman menggunakan layanan angkutan berbasis aplikasi dalam jaringan atau lebih memilih naik sepeda.