Jelajahi Potensi Alam Lampung Timur bersama Datsun
- VIVA.co.id/Yunisa Herawati
VIVA.co.id – Datsun Risers Expedition 2 melanjutkan perjalanan menjelajahi beberapa tempat di Lampung. Tempat wisata yang dituju yaitu situs Taman Purbakala Pugung Raharjo, Lampung Timur.
Situs tersebut merupakan peninggalan zaman megalitik, yakni arca batu, prasasti batu berlubang, menhir, punden berundak dan arca Polynesia.
Tepat di Pugung Raharjo, ditemukan benteng parit primitif sepanjang 1,2 kilometer mengelilingi situs purbakala. Diduga, parit ini dulunya berisi air, yang konon bisa membuat seseorang awet muda. "Tempat wisata Pugung Raharjo memiliki luas sekitar 30 hektare. Lahan yang sudah dibebaskan dan jadi milik pemerintah 5,4 hektare," ujar Pengelola Taman Purbakala Pugung Raharjo, Syaifullah.
Selanjutnya, DRE 2 melanjutkan penjelajahan ke Desa Wana, Melinting, Lampung Timur. Desa tersebut terletak sekitar 67 kilometer dari Kota Bandar Lampung.
Memasuki Desa Wana, VIVA.co.id beserta rombongan Risers, sebutan pengguna Datsun, disambut hangat oleh masyarakat sekitar dengan Tari Melinting gaya baru dan makanan khas Desa Wana.
Salah satu tokoh masyarakat Desa Wana, Iskandar Zulkarnaen mengungkapkan, permukiman itu telah ditetapkan sebagai desa wisata oleh pemerintah, beberapa tahun lalu. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara mengunjungi tempat tersebut.
Bila berkunjung ke desa Wana, Anda akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang indah dan rumah berarsitektur tradisional. Beberapa warga tetap mempertahankan rumah panggung sebagai ciri khas. "Rumah pertama dibangun pada tahun 1928. Dibangun dari Kayu Merbau, yang sampai saat ini masih berdiri kokoh," ujarnya.
Lalu, perjalanan dilanjutkan ke Sungai Way Kanan, yang terletak di dalam Taman Nasional Way Kambas.
Sebelum menuju Sungai Way Kanan, kami harus melewati hutan dan medan ekstrem. Perjalanan makin menantang, akibat hujan yang mengguyur cukup deras. Di tengah perjalanan, rombongan harus kerja bakti menepikan pohon yang tumbang yang menghalangi jalan.
Memasuki Sungai Way Kanan, kami diajak menyusuri sungai sejauh 12 kilometer selama 45 menit, menuju padang sabana.
Petugas patroli Sungai Way Kanan, Trio mengungkapkan, Sungai Way Kanan kurang dikenal masyarakat, sehingga masih sepi pengunjung.
"Sungai Way Kanan masih sangat asri, satwa masih bisa ditemukan di alam bebas. Tapi sayang, belum ada yang tahu. Kami harapkan ada perhatian serius dari dinas pariwisata," ujarnya.
(mus)