Terus Dikuasai Asing, Kapan Indonesia Punya Mobil Nasional?
Kamis, 20 Agustus 2015 - 09:52 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/ Rendra Saputra
VIVA.co.id -
Dewasa kini, gempuran pasar mobil Jepang, Korea, Amerika Serikat, dan Eropa, terus menguasai pasar otomotif nasional. Para raksasa otomotif tersebut, sepertinya merasa nyaman dengan tingkat konsumsi belanja masyarakat Indonesia yang begitu tinggi.
Tak heran, jika kemudian para produsen itu menganggap bahwa Indonesia merupakan pasar yang menggiurkan untuk mendulang pundi-pundi kesuksesan.
Ironinya, hingga kini Indonesia belum juga memiliki mobil nasional, seperti halnya beberapa negara lain, di antaranya Malaysia dengan Proton. Lantas, kapan giliran Indonesia?
Menurut President Director PT FIN Komodo Teknologi, Ibnu Susilo, proyek mobil nasional merupakan tantangan yang perlu dijawab oleh pemerintah, mengingat daya beli masyarakat yang tinggi terhadap kendaraan. Namun sayang, porsi besar itu hanya dinikmati para produsen asing.
"Jika pemerintah hanya mendorong produsen otomotif asing untuk buka pabrik di sini (Indonesia) itu tidak akan menjawab persoalan. Kita tidak akan pernah punya mobil nasional," kata Ibnu kepada
VIVA.co.id
di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, belum lama ini.
Pemerintah, kata dia, seharusnya mendorong agar mobil nasional itu terus berdiri, tidak hanya di depan publik saja. Namun sejalan dengan apa yang disampaikan.
Baca Juga :
Kondisi serupa berbeda dengan yang terjadi di Malaysia, serta India. Di mana pemerintah mendukung penuh keberadaan mobil nasional.
"Maka itu, pemerintah harus membantu melakukan pengembangan industri otomotif yang mandiri. Sebab, teknologi asing apapun tidak bisa ditransfer ke kita. Pemerintah harus budayakan teknologi, manfaatkan banyak insinyur-insinyur kita," ujarnya.
"Jangan bicara mahalnya biaya riset, pengembangan teknologi dan sebagainya. Tetapi bicara ke depannya. Ibarat istri atau anak, apakah kita harus sayang dengan istri atau anak orang lain sedangkan keluarga kita belum terurus. Toh, tujuannya untuk membahagiakan mereka," kata Ibnu.