Saham Honda dan Nissan Naik Usai Umumkan Merger
- Caranddriver
Tokyo, VIVA – Dunia otomotif tengah menyoroti merger antara Honda Motor dan Nissan, yang membuat saham Honda naik signifikan sebanyak 3,8 persen serta 1,6 persen untuk Nissan.
Dua raksasa otomotif Jepang ini sedang menjajaki langkah penggabungan yang dapat menciptakan produsen kendaraan terbesar ketiga di dunia.
Merger ini dianggap sebagai respons terhadap persaingan dalam revolusi kendaraan listrik (EV) global, di mana pemain besar seperti Tesla dan BYD mendominasi.
Honda dan Nissan berencana menggabungkan skala produksi mereka untuk investasi dalam pengembangan kendaraan listrik, komponen bersama, dan perangkat lunak canggih untuk teknologi mengemudi otonom.
Dalam pernyataannya, kedua perusahaan mengonfirmasi telah menandatangani nota kesepahaman, di mana Mitsubishi Motors yang menjadi anggota aliansi Nissan juga menyatakan kesediaan untuk bergabung dalam pembahasan integrasi tersebut.
Menurut Presiden Honda, Toshihiro Mibe, merger ini bertujuan menyatukan operasi di bawah perusahaan induk bersama yang dipimpin oleh Honda, sambil tetap mempertahankan identitas merek masing-masing.
"Kami menyadari bahwa agar kedua pihak bisa menjadi pemimpin transformasi mobilitas, perubahan yang lebih berani dibandingkan kolaborasi biasa diperlukan," ujarnya, dikutip VIVA Otomotif dari Newsweek, Selasa 24 Desember 2024.
Jika terealisasi, merger ini akan memproduksi sekitar 8 juta kendaraan per tahun, menempatkannya di posisi ketiga di bawah Toyota (11,5 juta unit) tetapi di atas sebagian besar pesaing lainnya.
Valuasi penggabungan ini diperkirakan mencapai lebih dari $50 miliar atau sekitar Rp770 triliun, berdasarkan kapitalisasi pasar ketiga perusahaan.
Merger ini juga membawa potensi sinergi besar. Honda dapat memanfaatkan keahlian Nissan dalam SUV besar, baterai EV, dan teknologi hybrid, sementara Nissan dapat mengadopsi efisiensi operasional Honda serta reputasi kualitasnya.
Namun, perjalanan menuju merger tidak tanpa tantangan. Sejarah kelam Nissan, termasuk masalah keuangan, pergolakan manajemen, dan kasus hukum mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn pada 2018, menjadi catatan penting.