Ternyata Bikin Diler Mobil Listrik BYD Butuh Uang Sebanyak Ini
- Jeffry Yanto Sudibyo
VIVA – BYD merupakan brand pendatang baru di Indonesia. Jenama asal China itu resmi menancapkan kukus bisnisnya pada awal 2024, dan kini mereka hanya menawarkan 3 mobil listrik dengan status impor.
Melalui PT BYD Motor Indonesia sebagai lengan penjualannya di Tanah Air, Dolhpin, Atto 3, dan Seal masuk pasar domestik melalui jalur laut yang dikirim utuh dari pabrik mereka di China.
Namun karena komitmen BYD ingin membangun pabrik di kawasan Subang, Jawa Barat, maka merek yang bermarkas di Shenzhen itu berhak menerima insentif CBU (Completely Built Up) dari pemerintah.
Sehingga ketiga mobil listrik mereka bebas bea masuk, dan PPnBM (Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah), maka secara harga Dolphin, Atto 3, atau Seal masih bersaing dengan produk serupa yang dirakit lokal.
Demi meningkatkan penjualannya secara retail, BYD telah merangkul sejumlah perusahaan lain untuk mengelola jaringan diler mereka di RI. Terbaru ada PT Bipo Teknologi Otomotif di kawasan Serpong, Tangerang Selatan.
Perusahaan itu untuk pertama kalinya bermain di industri otomotif, namun langsung memberanikan diri memasarkan kendaraan listrik berbasis baterai, melalui brand pendatang baru.
Diler yang didirikan perusahaan tersebut menjadi outlet ke-17 BYD di seluruh Indonesia, di mana target jenama asal China itu sampai akhir tahun memiliki 50 diler dengan pelayanan 3S (Sales, Service, Sparepart).
BYD Bipo Serpong sebelumnya jaringan penjualan Renault, namun dirombak sesuai dengan standarisasi brand. Berdiri di atas lahan 1.490 meter persegi, dengan luas bangunan 1.098 meter persegi.
Di dalamnya terdapat ruang pamer yang bisa memajang 8 unit mobil, bengkel, ruang suku cadang, serta charging station dengan listrik tidak searah alias AC.
“Kami percaya kemitraaan ini dengan visi misi yang sama untuk membangun ekosistem EV di Indonesia, akan memperkuat jaringan diler, dan siap ikut serta dalam pengembangan rantai pasok,” ujar Presiden Direktur of Bipo Auto, Anwar Afandi, dikutip, Selasa 16 Juli 2024.
Alasannya memilih BYD sebagai brand pertama mereka, menurutnya merek tersebut mempunyai ekosistem yang sudah terbentuk, bahkan komponen di dalam mobil dibuat sendiri tanpa bergantung perusahaan lain.
“Karena market leader global EV, setelah itu mereka punya kemampuan untuk produksi sendiri 75 persen spare part dari grup dia sendiri, jadi lengkap dari kelas bawah sampai luxury produknya juga ada,” katanya.
Terkait kepercayaan dirinya memilih brand tersebut, Anwar menyebut bahwa target penjualannya bisa 50 unit per bulan, namun bagi konsumen yang ingin memesan sekarang baru akan menerima unit di September.
“Setelah ini kami juga akan membuat diler BYD di Pasar Minggu, Jakarta, Cilegon, Bandung Barat, dan Bali yang dimulai tahun depan. Investasi satu diler itu bangunan saja sekitar Rp20 miliar di luar tanah,” sambungnya.