Uji Ketangguhan Toyota Innova BEV hingga Ratusan Ribu Km
- dok: TAM
Jakarta, 15 Juli 2024 – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia tengah mengembangkan konversi kendaraan Kijang Innova menjadi Battery Electric Vehicle (BEV).
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bob Azam, mengungkapkan bahwa proyek ini masih dalam tahap studi dan pengujian durabilitas.
"Kami kan selalu mulai dari proyek kecil dulu, supaya kalau ada yang diperbaiki bisa lebih mudah. Coba kalau kontrak dengan 100 hotel, kalau ada masalah jadi ada 100 masalah," ujarnya, dikutip VIVA Otomotif.
"Sekarang kami lagi paralel durability test, sudah dicoba 120 ribu kilometer. Kami lihat bagaimana performa baterainya, bagaimana sistem manajemen energinya, konektivitasnya. Dari situ banyak masukan, untuk terus menyempurnakan produk,” tambahnya.
Bob juga menambahkan bahwa jika hasil uji sudah matang, Toyota tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan jaringan hotel lain yang memiliki misi menurunkan emisi.
Konversi kendaraan dari mesin bakar internal (Internal Combustion Engine, ICE) ke listrik sendiri, menurut Bob menjadi salah satu alternatif yang dipelajari Toyota.
"Tiap tahun kita mengeluarkan satu juta kendaraan baru, tetapi ada 20 juta kendaraan yang sudah beredar. Jadi kalau satu juta emisi kita turunkan tapi yang 20 juta kita enggak urus, ya penurunan emisinya akan lebih lambat. Jadi mau tidak mau, konversi akan menjadi isu kita ke depan," tuturnya.
Menanggapi pertanyaan apakah konversi ini akan mengorbankan penjualan kendaraan baru, Bob menjelaskan bahwa konversi lebih ditujukan untuk memberikan layanan kepada pengguna mobil bekas.
"Bekas atau tidak, nanti pengaruhnya di inventori. Biasanya di mobil bekas itu inventorinya enam bulan. Sekarang dua bulan laku. Cuman kami tidak melihat sesuatu yang paralel, bahwa mobil bekas itu akan mengurangi mobil baru. Secara positif kami butuh penelitian lebih lanjut,” ungkapnya.
Ketika ditanya mengenai arah bisnis baru dalam perakitan motor listrik, Bob menyatakan bahwa segala kemungkinan bisa terjadi, termasuk kemungkinan pihak ketiga yang melakukan konversi ini.
"Segala kemungkinan bisa terjadi. Bisa saja pihak ketiga yang melakukan, bukan kami," jelasnya.