Rencana Besar Suzuki di Balik Teknologi Mild Hybrid
- VIVA/Yunisa Herawati
Tangerang – Suzuki menjadi salah satu pabrikan otomotif asal Jepang, yang sudah menerapkan teknologi hybrid pada produk mobil mereka yang dipasarkan di Indonesia.
Saat ini ada tiga model yang sudah menggunakan dapur pacu gabungan mesin bensin dan motor listrik tersebut, yakni Ertiga Hybrid, X7 Hybrid dan Grand Vitara edisi 2023.
Ketiganya sama-sama memakai sistem Smart Hybrid Vehicle by Suzuki alias SHVS, yang pada dasarnya berisi komponen baterai serta Integrated Starter Generator alias ISG.
Cara kerjanya sederhana, ISG akan membantu mesin saat dibutuhkan tenaga tambahan yang sumber listriknya diambil dari baterai.
Ketika mesin tidak sedang memerlukan bantuan, maka dalam kondisi tertentu ISG akan berubah menjadi generator untuk mengisi ulang daya listri yang ada di baterai.
4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Motor, Donny Saputra mengatakan bahwa pihaknya memiliki alasan khusus mengapa memilih teknologi yang umum dikenal dengan sebutan mild hybrid itu.
Menurutnya, selain karena lebih mudah diterima oleh masyarakat yang sebelumnya awam dengan teknologi elektrifikasi, mild hybrid juga bisa dipasang tanpa membutuhkan banyak tambahan biaya.
“Tahun kemarin dan tahun ini adalah tahap awal kami memperkenalkan elektrifikasi dengan SHVS, atau disebut dengan mild hybrid. Karena adaptasi konsumen lebih mudah, harga lebih terjangkau dan perawatan tidak terlalu berbeda dengan ICE (Internal Combustion Engine atau mesin konvensional),” ujarnya di GIIAS 2023, dikutip VIVA Otomotif Minggu 13 Agustus 2023.
Meski demikian, Donny mengaku bahwa Suzuki sudah memiliki peta jalan elektrifikasi yang lengkap dan siap untuk menuju ke tahap berikutnya.
“Roadmap teknologi sampai full elektrifikasi sudah ada. Pertama adalah model SHVS, ini jadi langkah konsumen untuk masuk ke dalam teknologi elektrifikasi. Secara paralel mempersiapkan infrastruktur,” tuturnya.
Donny berharap, dengan semakin bertambahnya pengguna mobil hybrid maka proses pembuatan baterai lithium akan bisa dilakukan secara lokal dengan memperhitungkan keekonomisan industri.
“Pada tingkat keekonomisan tercapai, tentunya lebih murah. Sehingga, ketika masuk ke strong hybrid maupun full elektrifikasi lebih mudah diterima oleh pasar,” ungkapnya.