Mobil Listrik Ini Butuh Dana Besar untuk Diproduksi
- Carscoops
VIVA Otomotif – Beberapa produsen mobil saat ini gencar mengembangkan kendaraan listrik untuk kebutuhan pasar otomotif. Hal itu untuk mengurangi gas emisi buang yang dihasilkan mesin konvensional, demi lingkungan yang lebih baik.
Namun, alih-alih pindah ke Electric Vehicle atau EV, ada salah satu produsen mobil yang mengalami masalah dalam produksinya. Diketahui, perusahaan otomotif tersebut bernama Faraday Future yang mengatakan perlu mengumpulkan dana besar supaya kendaraan mereka bisa diproduksi secara massal.
Dirangkum VIVA dari Carscoops, Selasa 2 Agustus 2022, perusahaan asal Amerika ini baru saja mengembangkan model FF 91. Masih dalam proses, mereka tengah membutuhkan uang untuk mendanai kegiatan produksi hingga akhir tahun ini.
Diketahui, Faraday Future membutuhkan dana sebesar US$200 juta atau sekitar Rp2,9 triliun. Perusahaan menyampaikan bahwa dana tersebut cukup besar dan perlu waktu lama dalam memproduksi kendaraan ramah lingkungan ini.
Bahkan saat model FF 91 pertama kali diluncurkan, mereka hanya memiliki 401 pre-order yang tidak menutupi pembiayaan selanjutnya. Oleh karena itu, perusahaan khawatir terhadap model barunya ini tidak bisa dipenuhi dengan baik dan mengalami gagal produksi.
Padahal secara spesifikasi, model tersebut memiliki performa yang cukup baik di kelasnya. Diketahui, mobil ini mengusung motor listrik yang sanggup menghasilkan tenaga sebesar 1.050 daya kuda. Bahkan, kendaraan anyar ini memiliki akselerasi yang cepat dengan membutuhkan waktu 2,39 detik untuk mencapai 100 km per jam.
Sebagai kendaraan listrik, FF 91 ini dilengkapi dengan baterai berkapasitas 130 kWh yang sanggup untuk melaju sampai 800 km dalam sekali pengisian daya. Ditambah, mobil ini juga disematkan fitur canggih yang dapat mengenali wajah pengemudi.
Namun, adanya masalah yang tengah dialami perusahaan, membuat model selanjutnya terkena kendala untuk diproduksi. Dalam hasil laporan perusahaan, baru-baru ini mereka mengalami kerugian sebesar US$149 juta atau setara Rp2,2 triliun.