Menelusuri Bisnis Parkir Liar di Jakarta
- viva.co.id/Yasin Fadilah
VIVA.co.id – Bisnis parkir memang kerap menjadi ladang uang yang menggoda bagi sebagian orang. Pasalnya, dengan bermodalkan lahan kosong, juru parkir bisa mendapatkan keuntungan yang cukup besar dalam waktu sehari.
Keberadaan parkir liar juga telah menjadi pemandangan biasa di kota seperti Jakarta. Terbatasnya parkir resmi yang tersedia dan semakin banyaknya kendaraan yang beredar seakan mendukung keberadaan parkir liar di ibu kota.
Di satu sisi, tanpa adanya parkir liar, pengguna motor dan mobil memang kewalahan untuk mencari tempat yang pas untuk memarkirkan kendaraannya. Sisi lain, dengan adanya parkir itu, membuat sejumlah ruas jalan mengalami kemacetan yang cukup parah.
Ican, salah satu tukang parkir di Stasiun Jatinegara menjelaskan dalam waktu sehari, mulai pukul 09.00 WIB hingga 18.00 WIB, ia bisa mendapatkan penghasilan yang cukup besar. "Alhamdulillah, sehari kalau ramai bisa Rp150 ribu untuk motor dan mobil. Kalau sepi sih ya nyampe lah sekitar Rp100 ribuan," kata Ican saat berbincang dengan VIVA.co.id, Rabu 7 September 2016.
Bisnis yang menggiurkan ini tentunya mengundang banyak oknum yang memanfaatkan keberadaan parkir liar yang sering meminta jatah setiap harinya. Ican pun mengakui hal itu.
"Dari luar oknum gitu ada aja yang minta setor, tapi kalau ruko di sini sih tidak minta, ya paling saya ngerti saja Rp300 ribu sebulan. Kalau oknum beberapa kali minta ke saya dan setornya Rp20 hingga Rp30 ribu sehari," ujar dia.
Sementara itu, Aji petugas parkir di dekat stasiun Manggarai mengungkapkan hal yang sama. Di mana bisnis parkir ini memang sangat menggoda. "Memang, saya sehari bisa dapat Rp350 ribu, itu lagi ramai, kalau sepi sih ya lumayan juga Rp200 ribu mah dapat," kata Aji.
Aji mengklaim jika pekerjaan tersebut merupakan legal. Ia mengaku memiliki izin dari Pemerintah Provinsi DKI. Sebagai bukti, Wardi kebal jika sedang ada razia. Amannya parkir itu dikarenakan, ia sering memberikan uang setoran sebesar Rp40 ribu kepada petugas yang ada di sekitar stasiun.
"Ya belum bersih, polisi minta rokok, TNI jatah perhari bisa Rp40 ribuan. Kita harus setor ke yang punya wilayah sini, kan dekat dengan markasnya. Selain itu juga ada oknum preman sini, ormas gitu lah, harus ngasih juga," tutur dia.