Proton di Ujung Tanduk
- www.corporate.proton.com
VIVA.co.id – Perusahaan pembuat mobil nasional Malaysia, Proton, belum bisa lepas dari masalah yang membelitnya.
Dimulai dari turunnya minat konsumen terhadap produk Proton hingga banyaknya pesaing masuk dengan bebas ke pasar otomotif Malaysia. Kondisi ini membuat perusahaan yang identik dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad itu kini berada di ujung tanduk.
Dilansir dari Paultan, Selasa 29 Maret 2016, upaya Mahathir meminta bantuan pemerintah Malaysia juga tampaknya sia-sia.
Perseteruannya dengan Perdana Menteri Najib Razak dianggap sebagai salah satu penyebab gagalnya Proton mendapat suntikan dana 1,5 miliar Ringgit, atau setara dengan Rp4,8 triliun.
Padahal, selama empat tahun belakangan ini, Proton harus menanggung kerugian sebesar 2,5 miliar Ringgit (kurang lebih Rp8,1 triliun). Dan menurut salah satu analis keuangan, kerugian Proton tiap bulannya mencapai Rp83,9 miliar.
“Bahkan jika mereka mendapat pinjaman, itu tetap tidak akan menyelesaikan masalah perusahaan,” ujar analis keuangan tersebut.
Lebih parahnya lagi, sebanyak 10 ribu karyawan Proton dan 30 ribu orang lainnya yang bekerja sebagai penyedia suku cadang, seolah-olah terjebak dalam perang politik antara Mahathir dan Najib Razak.
“Para karyawan seakan-akan dipaksa memilih, ikut Mahathir atau pemerintah. Mahathir dibuat seolah-olah menjadi penyebab meruginya perusahaan,” kata salah satu karyawan senior Proton yang tidak mau disebutkan namanya.
Mahathir sendiri beberapa waktu lalu diberhentikan dari jabatannya sebagai penasihat senior Petronas. Namun, pemerintah Malaysia tidak bisa menggeser posisi Mahathir di Proton, karena perusahaan bukan milik negara.
Dengan adanya kisruh ini, muncul pertanyaan, bagaimana nasib kerjasama antara Proton dan perusahaan asal Indonesia dalam hal pembuatan mobil?
Saat Presiden RI Joko Widodo berkunjung ke Malaysia pada Februari 2015 lalu, iasempat menyaksikan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara PT Adiperkasa Citra Lestari milik mantan kepala BIN AM Hendropriyono dengan Proton Holdings, yang diwakili Mahathir.
Namun, kini kabar kerjasama kedua perusahaan tersebut seakan hilang ditelan bumi. Bahkan, Hendropriyono dikabarkan tengah sibuk menjalin kerjasama dengan PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), inisiator mobil Esemka.