Presiden Jokowi Sebut Kerugian Akibat Macet di Jabodetabek Rp100 Triliun

Sejumlah pengendara kendaraan bermotor mengalami kemacetan lalu lintas di Tol Dalam Kota dan Jalan MT Haryono, Pancoran, Jakarta, Senin (18/5/2020).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rifki N

VIVA – Populasi mobil, dan motor di Jabodetabek jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun, namun volume kendaraan tidak sesuai dengan kondisi infrastruktur jalan, sehingga kemacetan menjadi momok utama.

Penumpukan kendaraan di jalan menjadi pemandangan sehari-hari, terutama di Jakarta yang menjadi Ibu Kota. Waktu tempuh yang jauh lebih lama dari kondisi normal kerap dialami warga saat berkendara.

Jalur menuju puncak Bogor macet dari arah Jakarta. (ilustrasi)

Photo :
  • Muhammad AR/Bogor

Maka salah satu cara untuk menekan kemacetan, masing-masing pemerintah provinsi menerapkan aturan tertentu. Misalnya di Jakarta yang memberlakukan ganjil-genap mulai dari Senin sampai Jumat di jam tertentu.

Namun pembatasan mobil pribadi berdasarkan tanggal, dan angka pelat nomor itu tidak berjalan maksimal, kemacetan tetap terjadi. Sehingga sempat muncul wacana ingin menerapkan jalan berbayar seperti di Singapura.

Cara lain untuk mengurangi kemacetan, pemerintah menghimbau agar masyarakat menggunakan transportasi umum, seperti angkutan dalam kota, kereta MRT (Mass Rapid Transit), dan LRT (Light Rail Transit).

Secara minat MRT, dan LRT cukup tinggi untuk transportasi warga. Namun karena masih terbatas, begitupun jarak tempuhnya, maka Presiden Jokowi ingin mengembangkan kedua sarana tersebut lebih luas lagi.

Karena kereta yang beroperasi di dalam kota tersebut dianggap mampu menekan kerugian warga yang terjebak macet. Seperti disampaikan Jokowi saat sambutan di Ibu Kota Nusantara (IKN) melalui Youtube Sekretariat Presiden.

Dijelaskan bahwa tahap awal pengadaan MRT memerlukan anggaran Rp1,1 triliun, dan biaya operasionalnya tidak kecil, karena membangun MRT, LRT, dan kereta cepat itu semuanya tidak ada yang untung.

Lebih lanjut mantan Gubernur DKI itu memberikan contoh, bahwa MRT Jakarta setiap tahun keluar Rp800 miliar untuk menutup biaya operasional, dan perhitungannya kalau semua jalur selesai, APBD harus keluar Rp4 triliun.

“Tapi yang bapak-ibu harus tahu, kalau enggak ada MRT/LRT/kereta cepat kita kehilangan setiap tahun Rp65 triliun karena macet. Jabodetabek mungkin sudah di atas Rp100 triliun. Pilih mana? Mending dibelikan LRT/MRT/kereta cepat, atau uangnya hilang karena kemcetan setahun Rp100 triliun,” ujar Jokowi.

Kerugian masyarakat saat terjebak macet yang nilainya mencapai triliuan rupiah itu berasal dari sejumlah faktor, diantaranya kesehatan, waktu, biaya operasional seperti bahan bakar yang terbuang saat idle, perawatan kendaraan, dan lain-lain.