Ternyata SPKLU PLN Baru Dibuat Jika 20 Mobil Listrik Sudah Terjual
- PLN
VIVA – PT PLN (Persero) menjadi salah satu perusahaan BUMN yang diuntungkan saat pemerintah menggencarkan kendaraan listrik demi menekan emisi, dan mencapai target netralitas karbon pada 2060.
Perusahaan penyedia listrik milik negara itu tidak memiliki pesaing, sehingga perusahaan swasta yang ingin mendirikan charging station di Indonesia perlu melibatkan PLN.
Mengingat populasi kendaraan listrik semakin banyak, perusahaan pelat merah itu memperluas jaringan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) di sejumlah titik demi mempermudah masyarakat.
Beberapa bulan lalu, PLN sudah memiliki 1.299 SPKLU yang tersebar di 879 titik di seluruh Indonesia, dan beroperasi 24 jam. Ribuan SPKLU itu berada di tempat umum, seperti rest area, mall, kantor PLN, dan lain-lain.
Tempat pengisian daya baterai kendaraan listrik itu ditawarkan dalam 3 jenis colokan, yaitu CCS2 dan Chademo untuk arus searah pengisian cepat alias DC, serta arus tidak searah alias AC yang bisa digunakan motor.
Soal daya listriknya, untuk AC Type 2 hanya 7 kW sampai 22 Kw, sedangkan pengisian cepat DC 60 kW, dan tertinggi dayanya mencapai 200 kW untuk ultra fast charging. Lalu gimana proyeksi PLN di tahun ini?
Direktur Retail dan Niaga PLN, Edi Srimulyanti mengatakan, tahun ini targetnya akan mendirikan 1.000 charging station, namun kendalanya membutuhkan lahan yang lebih banyak lagi, terutama untuk mobil listrik.
“Secara umum kendalanya tidak ada, tapi karena charging station ini butuh lahan, dan butuh tempat parkir untuk mobil bisa cas. Artinya minimal butuh space selebar mungkin,” ujarnya di ICE BSD, Tangerang, dikutip, Sabtu 20 Juli 2024.
Selain membutuhkan tempat, peta perjalanan PLN mendirikan SPKLU ternyata berkaca dari penjualan kendaraan listrik.
“Kami membuat roadmap berapa banyak mobil yang proyeksinya 2034 bisa 30 ribu unit misalnya, sedangkan angka kami 1 banding 20, jadi kalau ada 20 mobil listrik terjual kami baru pasang satu charging station,” tuturnya.