Tanpa Kita Sadari, Ini Penyebab Bisa Mabuk Perjalanan

Mabuk perjalanan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Saat ini mobil sudah menjadi kebutuhan mobilitas, sehingga dapat mengantarkan ke suatu tujuan tanpa takut terkena sinar matahari dan guyuran hujan. Namun, tak semua orang bisa berlama-lama di dalamnya. Salah satu penyebabnya, ialah merasa mual sehingga bisa merasakan mabuk perjalanan.

Dalam dunia medis, kecenderungan mual atau mabuk perjalanan bisa ditangkal menggunakan pil yang mengandung zat dimenhidrinat. Pil tersebut banyak dijual di apotek maupun warung terdekat. Kendati demikian, mengonsumsinya secara rutin sangat tak disarankan.

Dilansir dari Medical News Today, Kamis 30 Januari 2020, mabuk perjalanan sering juga dikenal sebagai motion sickness. Menariknya, menurut penelitian yang dilakukan pakar kedokteran asal Orlando, Amerika Serikat, Hilary Hawkins, penyebab utama motion sickness bukan berasal dari guncangan kendaraan, melainkan ada hal lain yang lebih dominan.

“Gejala tersebut muncul setelah adanya gangguan pada input sensori yang diterima otak karena mengira tubuh berada dalam kondisi diam dan bergerak pada waktu bersamaan. Dan itulah yang terjadi ketika kita berada di dalam mobil,” ujar Hawkins.

"Kita baik-baik saja saat berjalan, tapi kita bisa mengalami pusing saat tubuh berada dalam posisi diam namun sesuatu menghasilkan gerakan. Pusat keseimbangan di telinga bagian dalam menganggap hal yang berbeda dari realitasnya," sambungnya.

Di telinga bagian dalam, ada struktur yang disebut dengan sistem vestibular. Fungsinya untuk mendeteksi gravitasi dan gerakan, serta mengirimkan sinyal ke otak yang membantu kita tetap seimbang. Sinyal itu dikirimkan dari indera tubuh lainnya, dan menjadi masalah ketika data yang dikirim berlawanan.

Sebagai contoh, saat kita berada di dalam mobil yang melaju, mata melihat pemandangan yang berlalu melalui jendela, yang akan menginformasikan ke otak bahwa kita dalam kondisi bergerak. Namun tubuh kita memberikan proyeksi berbeda, di dalam kendaran kita tidak bergerak sendiri.

“Hal tersebut membuat otak kita tidak tahu harus mempercayai informasi yang mana. Sinyalnya campur aduk. Sehingga menyebabkan pusing dan juga mual,” pungkas dia.