DKI Jakarta Bukan Kota Termacet di Indonesia
- ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
VIVA – Warga DKI Jakarta setiap hari sudah terbiasa terjebak di tengah kemacetan lalu lintas. Banyaknya kendaraan pribadi yang didominasi oleh sepeda motor, membuat suasana jalan selalu riuh dan ramai.
Bukan hanya waktu yang terbuang percuma, saat para pengguna jalan harus menunggu giliran untuk bisa melintas. Macet juga menimbulkan kerugian, yang jika ditotal angkanya mengejutkan.
Menurut Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan, kemacetan yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp71,4 triliun per tahun.
Meski demikian, ternyata Jakarta bukan kota termacet di Indonesia. Hal itu terungkap dari data Global Traffic Scorecard 2021 yang dibuat oleh Inrix, dikutip VIVA Otomotif Rabu 12 Januari 2022.
Dalam data tersebut, terlihat bahwa kota paling macet di Tanah Air di tahun lalu adalah Surabaya. Waktu para pengguna jalan yang terbuang akibat terjebak padatnya lalu lintas di kota tersebut, yakni 62 jam.
Kondisi ini 72 persen lebih buruk, jika dibandingkan dengan sebelum pandemi melanda. Surabaya juga menempati urutan 41 kota paling macet di dunia.
Jakarta menempati urutan kedua, di mana hanya 28 jam waktu yang dihabiskan sia-sia akibat terjebak kemacetan lalu lintas. Angka tersebut lebih baik 81 persen, jika dibandingkan dengan periode sebelum COVID-19.
Denpasar ada di urutan tiga, di mana waktu para pengguna jalan yang terbuang mencapai 31 jam. Urutan berikutnya adalah Malang, yang angka kemacetannya turun 49 persen dibandingkan sebelum pandemi
Terakhir adalah Bogor, Kota Hujan ini menempati urutan 821 area urban paling macet di dunia dan hanya 8 jam waktu yang terbuang akibat terjebak padatnya lalu lintas. Penurunan dibandingkan sebelum pandemi, mencapai 224 persen.
Sebagai informasi, menurut data Asian Development Bank pada 2019 Bandung menempati urutan 14 kota paling macet di Asia. Sementara itu, Jakarta ada di posisi 17 dan Surabaya 20.