Hampir Bangkrut, Aston Martin Dapat Guyuran Dana dari Miliarder F1
Perusahaan Aston Martin kini sedang terguncang cukup hebat. Perusahaan mobil mewah tersebut dikabarkan akan bangkrut karena kesulitan pada kinerja perdagangannya selama tahun 2019 kemarin. Hal ini pun menyebabkan tekanan parah dalam likuiditas perusahaan.
Untungnya, Aston Martin pun selamat dari kebangkrutan atas uluran tangan miliarder asal Kanada bernama Lawrence Stroll yang adalah pemilik Racing Point Formula 1. Stroll akan membeli 16,7% saham Aston Martin Lagonda Ltd (AML) yang setara dengan USD239 juta (Rp3,2 triliun dengan kurs Rp13.715 per USD).
Untuk diketahui, Aston Martin Lagonda Ltd. adalah sebuah produsen mobil mewah Britania Raya. Sampai tahun 2003, sekitar 20.200 mobil telah dibuat oleh Aston Martin. Dari 1994 hingga 2007, perusahaan ini merupakan bagian dari divisi Premier Automotive Group, Ford Motor Company. Pada 12 Maret 2007, perusahaan ini dibeli oleh sebuah konsorsium Britania pimpinan David Richards dari Prodrive.
Baca Juga: Jual 3.344 Unit Mobil, Mercedes-Benz Tetap Nangkring di Posisi 1 Luxury Brand
Setelahnya, Aston Martin pun akan mengumpulkan dana tambahan sebesar USD417 juta melalui penerbitan saham baru, beberapa di antaranya akan dibeli oleh konsorsium Stroll. Lalu, Lawrence Stroll dikatakan akan menjadi ketua eksekutif Aston Martin, menggantikan Penny Hughes yang akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua Aston Martin.
"Tanpa ini, neraca tidak cukup kuat untuk mendukung operasi kelompok," ujar Penny Hughes.
Namun tak sejalan dengan kinerja perdagangan perusahaan, saham Aston Martin pada Jumat lalu terpantau melonjak sekitar 18% di harga USD6.23 di London. Tetapi harga saham AML masih berada di sekitaran 75% di bawah harga IPO yang perusahaan miliki.
Sejak listing pada Oktober 2018 silam, nilai perusahaan pun jatuh sebesar lebih dari USD3,9 miliar, setelah dinilai terlalu berambisi untuk bersepadan dengan produsen mobil Italia Ferrari. Kini posisi keuangan Aston Martin bisa dikatakan mengerikan hingga kemudian melatarbelakangi perusahaan segera mengumumkan penyuntikkan dana USD72,8 juta oleh Stroll.
"Saya percaya bahwa kombinasi modal dan pengalaman saya mengenai industri motor dan membangun merek global yang sangat sukses ini akan berarti bahwa, seiring waktu, kami memenuhi potensi Aston Martin Lagonda," pungkas Lawrence Stroll dalam sebuah pernyataan.
Sebagai bagian dari kesepakatan, tim Racing Point akan berganti nama menjadi Aston Martin F1 pada mulai musim 2021. Sementara pemegang saham Aston Martin, termasuk kelompok ekuitas swasta Eropa dan Kuwait diketahui memiliki 61% saham perusahaan, setelah upaya penyelamatan perusahaan, angka pun diperkirakan menurun menjadi 50,5%.