Pakai Biosolar, Pemilik Truk Banyak Mengeluh
- Gaikindo
VIVA – Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia menyoroti penggunaan bio diesel B20 di Indonesia. Karena selain lebih boros dari solar murni, perawatan truk jadi lebih ekstra. Maka, Aptrindo menjadi salah satu asosiasi yang tidak senang menyambut penggunaan B30 pada 2019 nanti.
Wakil Ketua Aptrindo Bidang Distribusi dan Logistik, Kyatmaja Lookman mengatakan, B20 saja sudah lebih boros tiga persen dari solar murni, apa lagi B30. Misalnya, Jakarta ke Surabaya menggunakan solar murni hanya menghabiskan 230 liter, namun B20 sampai 260 liter.
“Siapa yang tanggung? pengusaha kan. Sopir juga pasti teriak. Solusi harus menguntungkan semua pihak. Kalau ada kerugian, ya harus dimitigasi kerugian itu. Seperti lebih boros, perawatan berkala, garansi dari produsen seperti apa,” ujarnya di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 25 Juli 2018.
Kata dia, mayoritas pengusaha truk yang menderita, jika sopir menggunakan bahan bakar B20. Dan konsumen terbesar biofuel itu pengguna truk.
“Pakai bio solar, kami harus menambahkan komponen lagi di mesin. Untuk saat ini, terlalu prematur bilang mendukung atau tidak. Kalau saya lihat, implementasi kebijakan ini kami yang paling dirugikan,” tuturnya.
Sambung dia, perusahaan CPO (Crude Palm Oil) dapat keuntungan yang besar, sedangkan pemerintah lebih bisa menghemat anggaran. Tapi kalau dari sisi pengusaha truk, dampaknya adalah pemborosan bahan bakar dan perawatan.
“Ada enam juta kendaraan truk di Indonesia dan perusahaannya banyak sekali. Truk ukuran sedang didominasi oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Marjin keuntungannya tipis, untung enggak sampai sepuluh persen, tapi tergerus oleh ini (B30). Akan sangat berarti sekali,” katanya.