Strategi Pertahanan RI Ala Jenderal TNI Prabowo, Benteng Alam Ekonomi Militer
- Kopasgat
VIVA – Kondisi global yang kian hari semakin mengancam, seiring dengan pecahnya konflik di beberapa wilayah dunia, mau tidak mau memaksa Indonesia untuk berbenah diri.
Pertahanan menjadi PR besar yang secepatnya harus ditangani untuk mencegah pelanggaran kedaulatan negara yang berpotensi memicu pertikaian dengan negara lain.
Memang bukan perkara mudah bagi pemerintah, khususnya Kementerian Pertahanan untuk meramu strategi jitu menutup celah lemah pertahanan NKRI.
Perlu dicatat, Indonesia bukan negara kecil. Di dunia Kita dikenal sebagai negara kepulauan terbesar dengan luasan wilayah daratan 1,9 juta km2 dan perairan mencapai 3,2 juta km2, dengan 13.466 pulau di dalamnya.
Sayangnya, sejak Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, baru di era Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto menjabat Menhan, masalah pertahanan menjadi sasaran utama pembangunan.
Terlahir dari rahim militer Nusantara, Jenderal TNI Prabowo selama lima tahun menjabat Menhan RI, telah menelurkan banyak sekali program-program yang tujuannya untuk memperkuat pertahanan negara.
Program yang digagas Pak Prabowo enggak cuma tentang bagaimana mencukupi kebutuhan Alat Utama Sistem Senjata (alutsista) untuk mendukung tugas Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai pilar terdepan pertahanan. Tapi juga program yang dapat memperkuat pertahanan ekonomi NKRI.
Salah satu program yang jadi sorotan VIVA Militer ialah, pembangunan batalyon infanteri (Yonif) teritorial pembangunan. Memang kesannya program ini cukup aneh. Di mana kita ketahui bersama, selama ini pembangunan satuan di TNI Angkatan Darat terfokus pada Yonif-yonif tempur. Sementara urusan teritorial lebih banyak tugaskan kepada satuan wilayah di jajaran Komando Daerah Militer (Kodam).
Mungkin banyak yang bertanya, apakah program ini akan tetap berjalan, sementara Pak Prabowo sekarang kan sudah jadi Presiden RI, bukan Menhan lagi. Sementara program pembangunan Yonif Terpem ditargetkan rampung tahun 2025.
Jangan risau, ternyata program ini dipastikan akan tetap berjalan, sebab Menhan yang baru, Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin dalam rapat bersama dengan Komisi I DPR RI belum lama, telah menyatakan bahwa program itu menjadikan prioritas utama TNI AD di tahun 2025, sebagai bagian dari strategi pertahanan bertajuk Perisai Trisula Nusantara.
Enggak main-main, menurut Pak Sjafrie nantinya akan ada sebanyak 514 Yonif Terpem yang dibangun, hal itu menyesuaikan dengan jumlah wilayah kota/kabupaten yang ada di wilayah RI.
Sebagai satuan berbasis infanteri, tentunya Yonif Terpem ini juga memiliki tugas untuk angkat senjata bertempur melawan musuh jika terjadi konflik. Tapi, di masa damai batalyon ini fokus bertugas membantu pemerintah daerah untuk membangun kekuatan ekonomi yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam.
Dalam tubuh Yonif Terpem itu berbeda dengan yonif pada umumnya. Karena kompi-kompinya terbagi dalam kompi soft power. Seperti Kompi Perikanan, Kompi Peternakan, Kompi Pertanian dan Kompi Kesehatan.
Nah ada lagi tujuan Pak Prabowo di balik pembentukan Komponen Cadangan (Komcad) secara besar-besaran, terungkap. Ternyata menurut Pak Sjafrie nantinya Komcad akan ditugaskan mendukung Yonif Terpem, jadi setiap satu Yonif Terpem akan diperkuat dengan dua batalyon Komcad.
Bisa dibayangkan, gimana besarnya kekuatan TNI dengan penambahan 514 batalyon baru itu. Dan manfaat terpenting yang bisa diraih dengan adanya batalyon ini adalah ketahanan pangan. Perlu diketahui, kekuatan pangan sebuah negara sangat menentukan kekuatan pertahanannya.
Konsep yang digagas Pak Prabowo yang kini diemban Pak Sjafrie ini sebenarnya mirip-mirip sama strategi pertahanan yang dikembangkan Rusia saat pecahnya Uni Soviet. Walau di tengah perjalanannya banyak masalah mendera, tapi hasilnya lihatlah kekuatan pertahanan Rusia sekarang.
Yang tak kalah penting dari program ini ialah, akan tercipta kemanunggalan sejati antara rakyat dan TNI. Ini tujuan akhir dari sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata) yang selama ini digadang-gadang Pak Prabowo sebagai kekuatan terbesar pertahanan NKRI selain alutsista.
Kekuatan laut dan udara...
Dalam konsep strategi pertahanan Perisai Trisula Nusantara, Kemhan juga fokus membangun kekuatan sektor laut dan udara. Untuk laut yang ditukangi TNI Angkatan Laut, Kemhan berencana sementara waktu ini untuk menutup semua celah yang berpotensi jadi pintu masuk infiltrasi kekuatan asing dengan mengisi titik rawan.
Sementara udara, memang belum ada lagi rencana pengadaan pesawat tempur baru selain Dassault Rafale. Karena diakui Menhan Sjafrie, alutsista udara sangat mahal.
Walau begitu Menhan tak patah arang, sambil menanti Dassault Rafale tiba. TNI akan mengoptimalkan skuadron-skuadron pesawat tempur yang ada.
Kesejahteraan Prajurit...
Ternyata Pak Prabowo benar-benar memenuhi janjinya untuk mensejahterakan prajurit TNI. Dalam program yang diwariskannya kepada Pak Sjafrie, masalah kesejahteraan merupakan bahasan paling pertama dipaparkan di Gedung DPR.
Bukan cuma perut prajurit yang dipikirkan. Tapi juga kebutuhan tempat tinggalnya. Bukan sebuah rahasia lagi, bisa dilihat gimana kondisi rumah-rumah dinas prajurit TNI saat ini. Jauh dari kata layak.
Selama ini menurut Pak Sjafrie, masalah kesejahteraan prajurit terutama soal tunjangan menjadi problem yang sulit terpecahkan, penyebabnya terlambatnya reformasi birokrasi di tubuh TNI, sehingga tak ada acuan yang jelas tentang ini.
Dan beruntungnya Kemhan, Kementerian Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas telah memutuskan untuk meningkatkan jumlah pagu anggaran 2025 sebesar Rp165,16 triliun dari anggaran tahun 2024 sebesar Rp139,27 triliun.
Anggaran sebanyak itu enggak cuma untuk Kemhan, tapi dibagi untuk Mabes TNI sebesar Rp 11,17 triliun, TNI Angkatan Darat Rp 57 triliun, TNI Angkatan Laut Rp 24,75 triliun, TNI Angkatan Udara Rp 18,28 triliun. Dan Kemhan sendiri mendapatkan Rp 53,95 triliun.
Baca: Jadi Pasukan Perdamaian PBB, Ternyata Prajurit TNI Ini Kuasai Bahasa Kuno Benua Hitam Abad 18