Mengulik Kesiapan TNI AU Sambut Kedatangan Pesawat Tempur Dassault Rafale dan F-15EX di Indonesia
- Istimewa/Viva Militer
Magetan – Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Prabowo Subianto berencana akan membeli puluhan pesawat tempur generasi 4.5 yaitu 42 unit pesawat tempur Dassault Rafale buatan Prancis dan 24 unit jet tempur F-15EX buatan Boeing, Amerika Serikat (AS).
Pembelian pesawat super canggih itu bertujuan untuk memperkuat jajaran alutsista TNI AU di masa mendatang.
Namun, pertanyaannya adalah, apakah TNI Angkatan Udara sudah siap untuk menyambut kedatangan pesawat generasi 4.5 tersebut.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Agung R. Sasongkojati mengatakan, pihaknya mengapresiasi rencana pemerintah untuk memperkuat pertahanan udara Negara Republik Indonesia dengan pesawat yang memiliki platform super canggih tersebut.
Penerbang jet tempur yang memiliki nama sandi "SHARKY" itu menegaskan, TNI AU pada dasarnya sangat siap menyambut kedatangan pesawat Dassault Rafale buatan Prancis, maupun jet tempur F-15EX buatan AS tersebut.
Ketika dikulik lebih dalam lagi, apakah TNI AU sudah mempersiapkan fasilitas serta sarana pendukung untuk menyambut kedatangan pesawat tempur canggih itu, Marsma TNI Agung Sasongkojati mengaku sejauh ini pihaknya masih belum membangun Skadron Udara baru yang akan dijadikan pangkalan khusus bagi pesawat tempur Dassault Rafale pabrikan Prancis dan F-15EX buatan AS.
"Sejauh ini kita belum menyiapkan skadron baru, namun kami sudah siap membuat bibit-bibit skadron baru," kata Marsma TNI Agung R. Sasongkojati kepada awak media saat meninjau fasilitas pendukung jet tempur T-50i Golden Eagle buatan Korea di Skadron Udara 15 Wing Udara 3, Lanud Iswahjudi, Magetan, Rabu, 23 Agustus 2023 kemarin.
Lebih jauh Kadispenau menjelaskan, untuk membuat kekuatan pangkalan skadron baru diperlukan beberapa syarat khusus yang memang harus dipersiapkan. Dia mengisahkan, fasilitas pendukung untuk menunjang operasional pesawat tempur baru pesanan Menhan Prabowo tersebut memiliki standar khusus yang telah ditetapkan oleh pabrikan pesawat. Sehingga secara prosedur, TNI AU tinggal mengikuti standar khusus tersebut.
Kendati demikian, Marsma TNI Agung menegaskan, kunci utama untuk menyambut kedatangan pesawat baru baik jenis Dassault Rafale dan F-15EX, adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Dalam artian yang penting pertama adalah orangnya (SDM), untuk membuat skadron yang baru tinggal memecah skadron (pesawat tempur) yang lama," ujarnya.
Untuk membangun skadron pesawat tempur baru, lanjut Kadispenau, TNI AU harus membangun fasilitas pangkalan seperti hanggar yang memadai, landasan pacu yang mengikuti standar operasional pesawat, serta sarana pendukung lainnya seperti terminal pengisian bahan bakar, oksigen, dan lain sebagainya.
"Kalau untuk kru nya yang siap standby itu biasanya satu setengah dari jumlah pesawat. Namun untuk personel pendukungnya satu skadron itu biasanya antara 200-300 orang," ujar Agung Sasongkojati.
"Nah, pesawat jenis Rafale dan F-15EX adalah pesawat jenis baru maka otomatis kita membutuhkan skadron baru. Namun saat ini kan karena pesawatnya belum datang, sementara cangkangnya yaitu skadron yang lama kita persiapkan, karena nanti dari skadron yang lama akan kita alihkan menjadi skadron Rafale maupun F-15EX," tambahnya.