Raja Aibon Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Berulah, Warga Mujahiddin Digenjot Tengah Malam
- Letkol Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila
VIVA – Ternyata kelakuan Raja Aibon Kogila, Komandan Pasukan Tengkorak, Kostrad, TNI Angkatan enggak berubah-ubah. Di manapun ia berada, selalu saja ada yang diperbuat dan bermanfaat buat orang banyak.
Ketika dirinya ditugaskan memimpin prajurit TNI dari Batalyon Infanteri Para Raider 305/Tengkorak untuk melaksanakan operasi dalam Satuan Tugas Mobile di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Raja Aibon berhasil menggerakkan kehidupan masyarakat yang sempat lumpuh selama beberapa tahun.
Intan Jaya yang tadinya hanya bagai kota mati, bisa kembali bergeliat setelah lulusan Akademi Militer 2004 itu menggerakkan Pasukan Tengkorak untuk menggencarkan berbagai program sosial dan kemanusiaan. Perekonomian masyarakat pun dibuat hidup lagi sampai-sampai ia mendapatkan julukan Raja Membangun dari masyarakat Intan Jaya.
Enggak bedanya ketika pria bernama asli Letnan Kolonel Inf Ardiansyah itu kembali ke Markas Yonif PR 305/Tengkorak di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat, usai 9 bulan di Intan Jaya.
Hanya dalam hitungan hari, markas batalyon Penyelamat Panji Siliwangi yang tadinya dikepung lahan tidur yang dihuni ular dan biawak liar dibabat habis menjadi lahan perkebunan. Ratusan prajurit yang baru sampai dari penugasan di Papua, enggak dikasih kendor untuk berleha-leha.
Setiba di markas, cangkul bergagang besi disiapkan. Dan sebelum dinas cuti prajurit langsung bergerak siang malam menciptakan bedengan media tanam di lahan seluas lebih dari dua hektare, yang nantinya sekembali dari dinas cuti lahan akan langsung ditanami oleh tim pertanian dan perkebunan sebagai bagian dari program ketahanan pangan.
Perubahan total di Markas Tengkorak sebenarnya tak cuma terjadi sepulang tugas. Tapi dari awal Raja Aibon menjabat Komandan Yonif PR 305 Tengkorak, ia telah melakukan dobrakan ekstrem agar tercipta perubahan yang hasilnya lebih baik dari sebelumnya.
Nah kali ini, Raja Aibon kembali beraksi menciptakan perubahan baru. Tapi tak lagi di Intan Jaya dan di markas. Melainkan di sebuah kampung nan jauh dari Pulau Jawa.
Jadi ceritanya Raja Aibon bersama keluarganya mengisi hari-hari dinas cutinya dengan mudik ke kampung halamannya di Desa Mujahiddin, Kecamatan Brang Ene, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Awalnya sih memang niatnya ingin memecah kerinduan dengan ayahnda tercinta, Bapak Muhamad Saleh Abdullah dan juga keluarga lainnya yang telah empat tahun lamanya tak berjumpa.
Pada satu hari, ceritanya Raja Aibon dan ayahnya serta beberapa tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Desa Mujahiddin ngopi sambil ngobrol bareng di teras rumah.
Banyak yang dibincangkan kala itu, mulai kondisi desa sampai ke rencana memeriahkan peringatan HUT RI ke-78 dengan menggelar berbagai lomba.
Dari situ, ide pun muncul dari benak Raja Aibon. Dengan maksud memancing masyarakat lainnya untuk mulai bekerja, menyambut peringatan HUT Kemerdekaan, Raja Aibon Kogila mengajak memulai dari Masjid Al-Ikhlas, masjid yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat Mujahiddin.
"Idenya muncul dengan sendirinya. Malam itu saya sampaikan, kalau di Papua, saya bersama Pasukan Tengkorak bisa membangun Gereja, masa sekadar ngehias Masjid gak mampu. Apalagi momennya tepat. Sudah masuk bulan Agustus. Sekaligus, kita galakkan kegiatan gotong royong, di mana para pemuda sebagai ujung tombaknya. Alhamdulillah semua sepakat. Langsung kerja. Kebetulan satu desa masih keluarga semua. Jadi, lebih mudah kita komunikasi," kata Raja Aibon Kogila dalam siaran resmi yang diterima VIVA Militer, Rabu 2 Agustus 2023.
Bapak M Yasin, Kepala SMP Negeri 1 Brang Ene yang juga merupakan Ketua Masjid beraksi dengan cepat. Ony, Aziz, Iq, bersama rekan-rekannya para pemuda desa hanya diberikan waktu lima hari oleh Raja Aibon untuk menyelesaikan pengecatan masjid, dari dalam hingga pagar luar, sampai dengan pemasangan kain hiasan merah putih dan burung Garuda serta umbul-umbul merah putih khas bulan Agustus.
Karena dari pagi hingga sore masyarakat dan juga para pemuda bekerja serta ada yang bersekolah, maka pekerjaan biasanya dimulai pada sore hari. Alhasil, tiap harinya mereka digenjot bekerja dari tengah malam hingga pukul 4 dini hari.
Tak satupun dari mereka yang mengeluh, karena mereka menyadari bahwa Allah akan mencatat setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh makhluknya. Hanya imbalan dari yang maha kuasa yang mereka harapkan. Bahkan, anak-anak didik Bapak M Yasin dari kampung tetangga, yang setiap harinya berlatih sepak bola turut serta, bersama-sama para pemuda Desa Mujahiddin, memperindah Masjid, demi membuat masyarakat semakin nyaman dan betah untuk meramaikan masjid setiap waktunya.
"Bapak Kepala Staf Angkatan Darat dan para pimpinan kami, kan sering banget mengingatkan, agar di manapun prajurit TNI berada, harus bisa memberikan dampak yang positif. Harus bisa berkarya, bisa membantu, apapun kebutuhan dan kesulitan masyarakat. Semampu kita bisa berbuat. Sehingga, terciptalah kemanunggalan TNI dan Rakyat. TNI cinta kepada Rakyat, begitupun sebaliknya, Rakyat cinta kepada TNI, karena kehadiran kita berdampak positif, bukan menyusahkan mereka. Saya rasa ini normatif, gak ada hal yang lebih. Kan sudah ada juga dalam Delapan Wajib TNI. Tinggal kemauan kita saja untuk berbuat," ucap Raja Aibon Kogila.
Selasa Sore, tepatnya tanggal 1 Agustus, Azis dan Ony mengirimkan foto hasil akhir pekerjaan para pemuda dan masyarakat Desa Mujahiddin. Saat itu, Raja Aibon sudah sampai di Kota Mataram, Lombok dalam rangka perjalanan kembali ke Markas Tengkorak.
"Sudah beres semua Kakak. Tinggal lampu hias belakangan, karena masih pesan di Mataram. Terima kasih dan salam hormat dari kami semua. Semoga menjadi berkah untuk Kakak," ucap Azis dalam sambungan telepon dengan Letkol Inf Ardiansyah si Raja Aibon Kogila.
Jayalah selalu TNI, bahagia selalu rakyat Indonesia. Prajurit TNI akan selalu hadir untuk mempelopori, membantu dan mengatasi segala kesulitan rakyat.
Baca: Bergerak ke Gereja Yerusalem, Pasukan Pandawa Kostrad TNI Serahkan Alkitab