Peringati Moment Bersejarah Tentara Langit, KSAU Fajar Bawa Pasukan Ziarah ke TMP Kalibata
- Dispenau
Jakarta – Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo hari ini memimpin pasukannya berziarah ke Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Kalibata, Jakarta Selatan.
Orang nomor satu di Matra Udara itu datang bersama istri tercinta yang juga menjabat sebagai Ketua Umum (Ketum) PIA Ardhya Garini, Inong Fadjar Prasetyo, serta memboyong para Perwira Tinggi (Pati) TNI AU, baik yang di Mabesau, maupun Kotama dan Jajaran lainnya.
Kedatangan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo ke TMPN Kalibata itu dilakukan untuk doa bersama jelang peringatan Hari Bakti TNI AU ke-76 tahun yang dirayakan secara serentak di Kotama dan Jajaran TNI AU seluruh Indonesia.
Ziarah juga diikuti oleh para Perwira, Bintara, Tamtama, PNS, dan Purnawira Pati, serta ibu-ibu PIA Ardhya Garini.
Dilansir VIVA Militer dari keterangan resmi Dispenau, Senin, 24 Juli 2023, Ziarah ke makam para pahlawan TNI AU merupakan tradisi kejuangan yang rutin dilakukan, sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa para pahlawan serta mendoakan arwahnya. Diharapkan kegiatan ini menjadi media untuk memupuk semangat kejuangan generasi penerus TNI AU kepada para pahlawan yang telah gugur.
Untuk diketahui, ziarah diawali dengan penghormatan kepada para arwah pahlawan, mengheningkan cipta, peletakan karangan bunga, dan tabur bunga di pusara pahlawan, khususnya pusara para pejuang dan pahlawan TNI AU.
Pada saat bersamaan, juga dilaksanakan ziarah ke Taman TPU (Tempat Pemakaman Umum) Karet Bivak yang dipimpin Wakasau Marsdya TNI A. Gustaf Brugman, M.Si (Han).
Turut hadir pada acara ziarah Pangkoopsudnas, Sekjen Kemhan, Aspers Panglima TNI, Kabaranahan Kemhan, Koorsahli Kasau, para Asisten Kasau, serta para pejabat utama TNI AU lainya.
Hari Bakti TNI AU
Hari Bakti TNI AU yang diperingati setiap tanggal 29 Juli adalah sebuah moment bersejarah bagi seluruh prajurit TNI Angkatan Udara.
Ketika itu, ada dua peristiwa penting yang tidak dapat dilupakan bagi para prajurit Tentara Langit dalam menghadapi penjajah Belanda.
Pertama, serangan udara TNI AU terhadap daerah pendudukan Belanda di Ambarawa, Salatiga, dan Semarang, yang dilakukan oleh Kadet Penerbang Sutardjo Sigit, Suharmoko Harbani, dan Mulyono, dibantu tiga orang teknisi bertindak sebagai penembak udara yaitu Sutardjo, Kaput, dan Dulrachman.
Serangan udara yang dilakukan menjelang subuh itu menggunakan dua buah pesawat Churen dan sebuah Guntei.
Kedua, gugurnya tiga pelopor dan perintis TNI AU, masing-masing Komodor Muda Udara Adisucipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara Adisumarmo.
Tiga Komodor pemberani TNI AU itu gugur ketika, pesawat Dakota VT-CLA yang dinaiki saat membawa obat-obatan bantuan dari Palang Merah Malaya, ditembak pesawat Belanda Kitty-hawk dan jatuh di Desa Ngoto, 3 km selatan Yogyakarta.
Kedua peristiwa itu berawal dari perjanjian Linggarjati yang merupakan usaha untuk menuju penyelesaian konflik antara Indonesia dan Belanda, namun Belanda mengingkarinya. Karena, secara sepihak memutuskan hubungan diplomatik dan mengambil tindakan militer. Yaitu, dengan mengadakan serangan serempak ke daerah Republik Indonesia pada 21 Juli 1947 yang dikenal dengan Agresi Belanda I.
Belanda melakukan serangan udara secara tiba-tiba dan mensasar sejumlah pangkalan udara TNI AU.
Sebagai kekuatan udara yang relatif baru saat itu, serangan Belanda yang dilakukan karena menganulir kesepakatan perjanjian Linggarjati itu dibalas dengan serangan balasan yang dilakukan oleh para kadet pemberani dari Maguwo, Yogjakarta.
Kadet Penerbang Sutardjo Sigit, Suharmoko Harbani, dan Mulyono, dibantu tiga orang teknisi bertindak sebagai penembak udara yaitu Sutardjo, Kaput, dan Dulrachman atas perintah Kasau Komodor Udara Suryadi Suryadarma dan Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma melakukan operasi rahasia, yaitu melakukan serangan udara ke 3 titik jantung pertahanan Belanda yaitu di Ambarawa, Salatiga, dan Semarang.
Serangan udara yang dilakukan menjelang subuh itu dilakukan menggunakan dua buah pesawat Churen dan sebuah Guntei yang dimodifikasi secara khusus menjadi pesawat pengebom yang membawa sejumlah bahan peledak untuk menggetarkan Belanda saat itu.
Ternyata benar saja, operasi rahasia para kadet pemberani itu berhasil dan membuat gempar dunia. Belanda pun akhirnya mengakui keberadaan kekuatan Angkatan Udara Republik Indonesia.
Peristiwa bersejarah itulah kemudian disebut dengan Hari Bakti TNI AU.