Markas Batalyon Elite Kostrad TNI Geger, Komandan Pasukan Tengkorak Dihadang Ular Besar
- Yonif Para Raider 305 Tengkorak
VIVA – Malam itu sebenarnya enggak ada hal yang aneh. Semua berjalan normal-normal saja. Prajurit beraktivitas seperti biasa. Ada yang beristirahat, ada yang masih sibuk mengerjakan tugas dari komandan dan ada juga asyik bercengkrama dengan keluarga di asrama.
Namun sekira pukul 23:00 WIB kegegeran terjadi, tiba-tiba saja prajurit berlarian menuju ke pertigaan asrama perwira depan Aula Sudirman.
Apa yang terjadi di Markas Batalyon Infanteri Para Raider 305/Tengkorak?
Di tengah jalan tampak sosok makhluk sepanjang 3 meter melintang. Tubuhnya bercorak batik dan ukurannya sepaha orang dewasa.
Makhluk itu ternyata seekor Pythonidae, mamalia pembelit dari kerajaan Animalia atau dikenal dengan piton alias sanca. Dan yang muncul di Markas Tengkorak ini adalah Malayopython reticulatus atau dikenal dengan sanca kembang, spesias ular terpanjang di dunia.
Salah seorang prajurit TNI dengan sigap langsung menyergap si sanca. Ekornya dipegang erat biar tak kabur dan membahayakan penghuni asrama.
Si sanca juga enggak mau menyerah begitu saja, dia berontak berusaha melepaskan diri. Tapi sia-sia saja setelah provost jaga yang tiba berhasil menyergap kepalanya.
Akhirnya sanca dimasukan ke dalam karung besar dan disterilkan dari lokasi, dibawa ke area dapur sekitar barak prajurit remaja.
Lalu siapa orang pertama yang melihat si ular?
Jadi ceritanya malam itu di Raja Aibon Cafe cukup ramai. Para prajurit sedang menikmati suasana malam di cafe yang baru saja dibangun dengan memanfaatkan halaman Koperasi Yonif PR 305/Tengkorak yang letaknya tak jauh dari Aula Sudirman.
Di cafe itu juga ada sang komandan, Letnan Kolonel Inf Ardiansyah, itu lho Komandan Satgas yang dijuluki Raja Aibon Kogila di Kabupaten Intan Jaya.
Alumni Akademi Militer 2004 ARUPADATU itu asyik berbincang riang dengan para punggawa Tengkorak sembari menikmati racikan kopi pahit.
Yang dibincangkan di cafe itu beragam, mulai dari cerita suka duka penugasan di Papua hingga rencana program-program ke depan. Di tengah perbincangan, Letkol Inf Ardi pamit untuk pulang ke asrama. Tapi ia enggak naik kendaraan malah jalan kaki.
Ia pun berjalan melewati depan Aula Sudirman. Saat mau belok ke asrama perwira ia dihadang si piton di tengah jalan. "Waktu lagi jalan dari jarak kurang 10 meter kelihatan itu ular," kata Letkol Inf Ardi.
Letkol Inf Ardi pun menyiarkan kabar melalui HT. Dan seketika itu juga prajurit yang di cafe berhamburan berlarian ke lokasi temuan ular.
Gimana ceritanya ular besar itu bisa masuk asrama batalyon elite Kostrad itu?.
Ceritanya begini, ular itu kemungkinan memang sudah lama ada dan hidup di dalam asrama. Si ular selama ini diduga tinggal di semak belukar di sekitar aliran irigasi yang mengalir melintasi asrama.
Hanya saja, si ular kayaknya udah gak betah lagi tinggal di sana. Sebab, kehidupannya terancam setelah semua semak belukar dibabat habis prajurit sepulang dari melaksanakan tugas operasi di Papua beberapa hari lalu.
Memang sejak dulu banyak lahan di dalam asrama yang terbengkalai tak terpakai dan selama ini ditumbuhi tanaman liar dan belukar sehingga nyaman jadi habitat satwa liar seperti ular dan biawak.
Tapi pada 30 Juni 2023, saat masih berada di Intan Jaya, Letkol Inf Ardi mengeluarkan perintah untuk membersihkan semua lahan terlantar di asrama dan dijadikan perkebunan yang bermanfaat bagi prajurit.
"Jadi sebelum pulang, saya perintahkan prajurit untuk membersihkan lahan itu. Selain bisa dimanfaatkan untuk kebun juga agar prajurit punya kegiatan selepas tugas supaya gak diam saja dan keluar asrama," kata Letkol Inf Ardi.
Setiba di Karawang, semua prajurit tak lagi membawa senjata seperti di Intan Jaya. Tapi menggendong cangkul-cangkul bergagang besi hasil karya Pasukan Tengkorak.
Setiap hari selepas apel pagi. Prajurit bergerak ke lahan-lahan untuk mencangkul membuat bedengan area tanam. Dalam sekejap lahan yang tadi jadi istana ular kini berubah total jadi lahan perkebunan yang bersih.
Rencananya mau ditanami melon dan hasilnya selain dikonsumsi juga akan dijual. Di mana nanti uangnya bisa digunakan prajurit untuk mengembangkan usaha mandiri lainnya, guna meningkatkan kesejahteraan seluruh prajurit.
"Minimal hasilnya buat jajan-jajan prajurit lah. Kan lumayan dan asrama juga jadi indah dan nyaman. Ular biawak juga gak berani lagi tinggal di sini," kata Letkol Inf Ardi.
Lalu bagaimana nasib ular itu sekarang? tunggu kisah selanjutnya yaaa.....