Strategi Raja Aibon Kogila Bakar Jiwa Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Agar Tampil Militan di Basis OPM
- Yonif PR 305/Tengkorak
VIVA – Nama Satuan Tugas Batalyon Infanteri Para Raider 305/Tengkorak, Kostrad, menjadi sorotan masyarakat karena perjuangan tak kenal lelah untuk memulihkan kembali kehidupan masyarakat Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, yang sempat lumpuh akibat gangguan keamanan oleh Kelompok Separatis Teroris (KST) TPNPB-OPM.
Pasukan elite Kostrad yang berada dalam jajaran Brigade Infanteri 17 Kujang, Divisi Infanteri I ini, dikenal masyarakat melalui aksi-aksi teritorial sosial kemanusian yang digencarkan di Intan Jaya.
Walau baru lima bulan menghuni belantara Papua, tapi perjuangan para Kesatria Tengkorak sudah mulai terlihat mendatangkan hasil yang baik bagi masyarakat.
Yang terlihat banget hasilnya ialah, saat ini masyarakat Intan Jaya sudah dapat beraktivitas menjalankan kehidupan secara normal. Tidak ada ketakutan akan teror dari gerombolan OPM. Intan Jaya yang sebelumnya sunyi bagai sebuah sebuah kota mati, kini telah bergeliat kembali seperti dahulu.
Namun, yang menarik jadi perhatian VIVA Militer ialah, bagaimana mental para prajurit TNI Pasukan Tengkorak bisa begitu terjaga walaupun kita ketahui bersama, mereka bertugas di wilayah zona merah gangguan keamanan.
Ditambah lagi, kehidupan di Intan Jaya sangat jauh berbeda dibandingkan dengan Karawang. Di mana, segala sesuatu kebutuhan hidup sulit didapatkan. Hal disebabkan letak kabupaten ini yang terpencil dan sulit diakses melalui jalur darat.
Ternyata untuk menjaga mental agar prajurit tetap militan dalam melaksanakan tugas operasi di Intan Jaya, Komandan Satgas Yonif PR 305/Tengkorak, Letnan Kolonel Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila punya strategi khusus.
Menurut Letkol Inf Ardi dalam siaran resminya, selama ini sangat banyak perintah yang diberikan kepada pasukannya. Terutama kepada Komandan Pos-pos TNI di Intan Jaya.
Namun, tidak ada prajurit yang mengeluh apalagi tidak menjalankan perintah dari Raja Aibon Kogila. Malahan mereka justru berlomba-lomba menampilkan yang terbaik. Baik dari sisi humanis terhadap masyarakat, maupun militansinya dalam menerobos hutan-hutan belantara.
Ternyata lulusan Akademi Militer 2004 ARUPADATU itu punya trik dan strategi untuk bisa tetap menjaga mental pasukannya selama melaksanakan tugas negara itu.
Salah satu strategi yang dijalankan Raja Aibon ialah mengadakan perlombaan antar pos. Jadi, dalam setiap bulannya dilakukan evaluasi dan penilaian atas apa yang telah dikerjakan Pasukan Tengkorak di masing-masing pos.
Dan pemenangan dari perlombaan yang diadakan Raja Aibon Kogila itu diganjar dengan hadiah yang lumayan jumlahnya.
Dalam empat bulan pelaksanaannya, Pos Titigi berhasil mencetak hattrick jadi pemenang lomba tiga kali secara beruntun dalam tiga bulan. Mulai dari Oktober, Nopember dan Desember.
Pos Titigi ini dipimpin oleh Letnan Satu Inf Reza Hidayat alias Ronggolawe. Mereka bisa cetak hatrrick karena salah satunya berhasil membuat Titigi menjadi daerah hijau.
Jadi selama bertugas di sana, Lettu Inf Reza dan pasukannya menjalankan program teritorial ketahanan pangan dengan membuka lahan perkebunan untuk masyarakat. Titigi ini sebelumnya adalah salah satu kampung terhoror, sudah banyak masyarakat dan aparat yang jadi korban kekejaman OPM.
"Lumayan, jika setiap kali menang menerima hadiah 10 juta dari Raja, berarti mereka sudah mengumpulkan total 30 juta. Meskipun di bulan Januari Pos J2 yang menjadi pemenang. Namun Pasukan Ronggolawe terus berusaha untuk menjadi yang terbaik," kata Letkol Inf Ardi dalam tulisannya.
Enggak cuma itu saja, Raja Aibon juga membuat lomba antar tim. Untuk lomba yang satu ini, pemenangnya tidak ditentukan setiap bulan. Tapi nanti di akhir penugasan.
Untuk lomba antar tim ini, kriteria yang dinilai lebih sulit lagi. Indikator yang jadi penentu pemenangnya dinilai dari tingkat kedisiplinan tim, militansi dan moril, serta semangat tempur.
"Itulah mengapa, meskipun dengan segala keterbatasan, para Ksatria Tengkorak Kostrad pimpinan Raja Aibon Kogila sampai saat ini tak pernah kendor. Bahkan, semakin hari mereka semakin militan, berjuang keras untuk memukul para gerombolan separatis yang selalu membuat keonaran di Intan Jaya," kata Raja Aibon Kogila.
Menurut Raja Aibon, lomba itu adalah bagian kecil dari strategi yang diterapkannya membawa Pasukan Tengkorak untuk bisa pulang dengan membawa keberhasilan di medan operasi misi militer.
"Menjadi seorang Komandan bukanlah perkara mudah. Pertanggungjawabannya dunia akhirat. Kalau cuma sekadar memberi perintah, gampang saja. Tapi kan enggak cuma itu. Yang kita pimpin itu manusia, punya hati, punya otak dan yang pasti berpendidikan. Bagi saya, menjaga dan memelihara moral dan moril itu yang utama. Bagaimana caranya, kita sendiri yang tahu, karena para senior, para sesepuh sudah banyak yang mencontohkan. Saya selalu ingat apa yang sering diucapkan oleh Bapak KASAD. 'Komandan dicintai oleh anak buahnya itu bagus. Tetapi akan lebih bagus lagi jika seorang Komandan mencintai anak buahnya'", ucap Raja Aibon Kogila.
Baca: Raja Aibon Komandan Tengkorak Kostrad TNI Kaget Mayor Utusan Jenderal Maruli Titip Uang Puluhan Juta