Letjen TNI Marinir Suhartono: Kalau Mau Damai, Harus Siap Berperang!

VIVA Militer: Letjen TNI (Mar) Suhartono saat menjabat Komandan Korps Marinir
Sumber :
  • marinir.tnial.mil.id

VIVA – Komandan Kodiklatal Letjen TNI Marinir Suhartono mengatakan, dalam dunia militer ada istilah yang wajib dipegang dan dijadikan prinsip oleh setiap prajurit TNI, yaitu, Si Vis Pacem Para Bellum yang artinya kalau mau damai, harus siap berperang.

"Kita sebagai seorang tentara tentunya harus selalu membuat asumsi-asumsi bila suatu saat kita mendapatkan perintah untuk melaksanakan tugas sesuai bidang kita tentunya dalam dunia militer," kata Komandan Kodiklatal Letjen TNI Suhartono ketika menjelaskan betapa pentingnya latihan Gladi Posko Armada Jaya XL yang digelar oleh TNI Angkatan Laut dilansir VIVA Militer dari Youtube TNI Angkatan Laut, Selasa, 19 Oktober 2022.

Mantan Komandan Korps Marinir TNI Angkatan Laut itu lebih jauh menjelaskan, Gladi Posko Armada Jaya XL TA. 2022 merupakan latihan puncak TNI Angkatan Laut yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu dan seluruh kekuatan satuan TNI Angkatan Laut. 

Dalam latihan militer TNI Angkatan Laut tersebut, pria yang juga menjabat sebagai Direktur Latihan (Dirlat) Armada Jaya XL itu mengatakan bahwa latihan Armada Jaya XL dilakukan dengan menskenariokan sebuah latihan tempur yang mengacu pada situasi global dan regional.

Dalam Gladi Posko Armada Jaya XL, lanjut Dankodiklatal, pihaknya menskenariokan latihan yang akan melibatkan seluruh unsur kekuatan TNI Angkatan Laut, mulai dari Pasukan Khusus TNI Angkatan Laut, unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), hingga unsur kekuatan Marinir sebagai unsur kekuatan pasukan pendaratan Amfibi.

"Sasaran yang kita asumsikan adalah tentunya kita tidak menuju ke satu wilayah, tetapi kita membuat sasaran-sasaran maya di sini. Tentunya dengan analisa-analisa daerah operasi, nanti ada beberapa sasaran yang kita jadikan target. Mulai dari Bagaimana kita melaksanakan operasi dengan dukungan Passus untuk melaksanakan penghacurkan sasaran-sasaran strategis lawan, misalnya menghancurkan radar lawan, alat komunikasi lawan, kemudian markas-markas komando lawan itu menjadi target operasi Passus," katanya.

VIVA Militer: Armada kapal perang TNI Angkatan Laut

Photo :
  • Instagram/@tni_angkatan_laut

Selain itu, kata Letjen TNI Marinir Suhartono, dalam Latihan Armada Jaya ke-XL, TNI Angkatan Laut juga mendesaign pengerahan unsur KRI yang sebagai kekuatan utama dalam menjaga wilayah perairan Indonesia dari serangan lawan.

"Kemudian juga bagaimana kita melaksanakan operasi laut gabungan di wilayah mandala operasi, termasuk bagaimana kita melaksanakan operasi pertahanan pantai untuk mencegah, sekali lagi saya sampaikan untuk mencegah bagaimana masuknya kekuatan lawan pada wilayah kita," ujarya.

Dia menegaskan, operasi pertahanan pantai yang dilakukan dalam Gladi Posko Armada Jaya TNI Angkatan Laut adalah salah satu skenario pertahanan militer untuk mencegah kekuatan lawan masuk ke dalam wilayah pantai Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

"Jadi bukan bagaimana kita diserang kemudian merebut, tetapi bagaimana mencegah kekuatan Amfibi lawan itu masuk ke wilayah kita. Sehingga kita melaksanakan operasi pertahanan pantai, bagaimana kita membuat sebuah pertahanan pantai sesuai dengan desain sesuai dengan matra kita. Mulai bagaimana kita membuat titik terkuat di wilayah terdepan, membuat sistem peranjauan, bagaimana kita membuat pos-pos terdepan dengan KRI kita ataupun dengan pengerahan kekuatan di wilayah-wilayah terdepan kita, dengan sistem penginderaan kita dan lain sebagainya," kata Letjen TNI Suhartono.

Lebih jauh lagi, Jenderal bintang tiga Marinir TNI Angkatan Laut itu berharap latihan Gladi Posko Armada Jaya tahun 2022 yang telah dibuka beberapa hari lalu oleh Wakasal Laksamana Madya (Laksdya) Ahmadi Heri Purwono secara daring itu dapat memberikan pemahaman bagi seluruh prajurit TNI AL, khususnya para perwira di masing-masing satuan TNI Angkatan Laut.

"Harapan saya adalah bagaimana para perwira kita, angkatan laut khususnya dengan bidangnya masing-masing mampu mengetahui bagaimana proses perencanaan militer itu dilaksanakan, mulai dari menerima direktif dari pimpinan, kemudian kita membuat analisa tugas pokok kita, kemudian kita membuat petunjuk perencanaan sampai ke satuan bawah, kemudian sampai turunnya kita bagaimana menjalankan perintah operasi kita memanuverkan kekuatan ke lapangan," kata Letjen TNI Marinir Suhartono.