Nyali 5 Marinir TNI Hadapi Ratusan Orang Cuma Pakai Tangan Kosong
- tni.mil.id
VIVA – Sebagai satuan elite tertua milik Tentara Nasional Indonesia (TNI), tak terhitung jasa Korps Marinir TNI Angkatan Laut untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sepanjang 45 tahun eksitensinya, Korps Baret Ungu punya peran besar dalam sejarah perjuangan bangsa.
Bukan cuma terlibat dalam sejumlah palagan, anggota Korps Marinir TNI Angkatan Laut juga senantiasa sukses saat menjalankan operasi khusus. Salah satu yang paling mahsyur adalah saat sejumlah anggota Marinir ikut serta membebaskan sandera kapal MV Sinar Kudus di perairan Somalia, pada 2011 silam.
Tak hanya itu, nama besar Korps Marinir kian harum saat sejumlah personelnya diturunkan untuk mengamankan ibukota pada 1998. Gelombang demonstrasi mahasiswa yang sangat masif, tak membuat anggota Korps Marinir gentar.
Di saat banyak oknum aparat yang melakukan tindakan kekerasan terhadap para demonstran, nama Korps Marinir justru dielu-elukan oleh para mahasiswa. Sikap para anggota satuan elite ini jauh dari kata kasar.
Tak hanya pada demonstrasi 1998 saja Korps Marinir membuktikan sikap hangatnya terhadap rakyat. Pada demonstrasi yang pecah pada Mei 2019 lalu, sejumlah anggota Korps Marinir juga menuai pujian.
Meski punya kemampuan tempur yang tinggi, para anggota Korps Baret Ungu justru memilih menenangkan massa lewat jalur diplomasi.
Kisah ini datang langsung dari Letkol (Mar) Kanang Budi Raharjo, Komandan Batalyon Infanteri (Danyonif) 7 Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Kanang dan empat orang anak buahnya, pernah menghadapi ratusan massa tanpa senjata alias tangan kosong.
"Saya tidak melihat ada suatu urgensi yang harus dibela massa. Maka saya ajak mereka berbicara," ucap Kanang.
Setelah melakukan diplomasi, ternyata Kanang mendapatkan fakta bahwa sebenarnya para demonstran ini sama sekali tidak ingin terjadi bentrokan. Fakta lainnya adalah, para demonstran geram lantaran ada oknum aparat kepolisian yang menggunakan cara arogan untuk membubarkan massa/
"Justru mereka ingin berdialog dan cara persuasif yang didahulukan. Saya cuma berlima sekitar 10 menit, tangan kosong, enggak bawa apa-apa. Saya bertemu kalau dibilang ya koordinatornya, ditemani tokoh masyarakat. Akhirnya, mereka mau membubarkan diri," kata Kanang.