Ngeri, Perintah Maut Jenderal Benny Buat Kapten Kopassus TNI
- Twitter/@H_Sutiyoso
VIVA – Salah satu kemampuan prajurit satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) adalah menjalankan misi rahasia dan taktik penyusupan. Hal ini lah yang pernah diperintahkan oleh Jenderal TNI (Purn.) Leonardus Benyamin Moerdani, kepada seorang prajurit Kopassus Berpangkat Kapten.
Menurut catatan yang dikutip VIVA Militer dari buku Benny Moerdani yang Belum Terungkap, Benny pernah menduduki posisi sebagai Asisten Intelijen (Asintel) Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) saat masih berpangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI.
Saat itu, Benny memanggil seorang Perwira Pertama (Pama) TNI Angkatan Darat bernama Sutiyoso. Ya, Sutiyoso kelak menjadi seorang Perwira Tinggi (Pati) TNI Angkatan Darat, dan sempat menjabat posisi sebagai Wakil Komandan Jenderal (Wandanjen) Kopassus dan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Jaya/Jayakarta.
Ya, Sutiyoso mengakhiri kariernya di dunia militer dengan pangkat Letnan Jenderal (Letjen) TNI. Setelah itu, Sutiyoso sempat menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Selain itu, Sutiyoso juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Tepatnya pada tahun 1974, Benny memberikan instruksi kepada Sutiyoso untuk melakukan penyusupan ke daerah konflik Timor-Timur.
Sutiyoso diperintahkan untuk mencari dua titik masuk ke wilayaj Timor-Timur. Titik tersebut nantinya jadi pintu masuk pasukan TNI ke Timor-Timur, yang dikenal dengan Operasi Seroja. Yang lebih mengerikan, Sutiyoso harus masuk ke Timor-Timur sendirian dengan modal pistol tangan berukuran kecil dan teropong.
Jika dimaknai oleh orang awam, perintah Benny kepada Sutiyoso jelas hanya mencari mati. Pasalnya, Sutiyoso harus masuk ke sarang musuh seorang diri dengan senjata pas-pasan.
"Cari dua titik untuk masuk ke Timor-Timur. Waktunya sepekan, lakukan sendiri secara rahasia. Jika tertangkap, kamu tidak akan diakui sebagai prajurit," ujar Benny memberi perintah kepada Sutiyoso.
Sebagai seorang anggota Kopassus, bagi Sutiyoso tugas berat ibarat sebuah kehormatan. Oleh sebab itu, pria kelahiran Semarang 76 tahun lalu dengan bangga menjalankan tugasnya. Saat masuk ke Timor-Timur.
Sutiyoso kemudian masuk Timor-Timur melalui kota Atambua di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang merupakan perbatasan RI dengan Timor-Timur yang saat itu masih bernama Timor Portugal. Setelah masuk, Sutiyoso melakukan penyamaran mulai dari mahasiswa hingga kuli angkut.
Kabarnya, aksi kamuflase Sutiyoso nyaris diketahui oleh sejumlah anggota Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (Fretilin). Namun demikian, Sutiyoso pada akhirnya berhasil menjalankan tugasnya.
Berkat keberhasilan Sutiyoso di Timor-Timur Benny langsung membentuk Operasi Flamboyan, yang menjadi dasar untuk Operasi Seroja yang dimulai pada 7 Desember 1975.