Cerita Mayor Inf Yosua Terapi Mental Pasien Corona
- Istimewa
VIVA – Pasien yang terinfeksi virus corona atau COVID-19 yang dirawat di RS darurat Wisma Atlet selalu mendapat perhatian khsuus. Bukan hanya dari dokter, tetapi psikolog juga dilibatkan supaya mental pasien tidak terguncang.
Hal ini yang dilakukan Mayor Inf Yosua C. P. Pasaribu. Yosua diketahui menjabat sebagai Koordinator Tim Psikologi Kesehatan Mental Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Yosua menjelaskan, seseorang yang terkomfirmasi positif COVID-19 membuat kecemasan dan kekhawatiran yang bersangkutan, cenderung melebihi batas normal. Ada yang dalam waktu singkat, bisa kembali ke normal. Ada pula yang butuh waktu lama. Bahkan, ada yang butuh penanganan khusus, untuk menormalkannya.
Baca juga: Sangar, Ini Kapal Perang Rudal TNI yang Kawal Jenderal Luhut ke Lagoi
“Satu per satu pasien, kami cermati kondisi psikis mereka. Sejak dari awal mereka masuk ke RSDC Wisma Atlet. Semua kami data dengan cermat dan detail. Karena, kondisi psikis pasien berkorelasi dengan proses pemulihan pasien yang bersangkutan," ujar Yosua di Jakarta, Senin 28 September 2020.
Secara detail, Yosua menjelaskan jika pasien yang kecemasan dan kekhawatirannya berlebihan, cenderung menjadi susah tidur. Karena mereka kurang tidur, otomatis tingkat imunitasnya menurun. Itu memperlambat pemulihan.
Menurut dia, pasien yang kecemasan dan kekhawatirannya berlebihan, umumnya malas makan. Minimnya asupan kalori dan protein, tentulah membuat imunitasnya menurun. Itu juga memperlambat pemulihan.
“Ada juga pasien yang sakit maag, yang karena kecemasan dan kekhawatirannya berlebihan, maag-nya kumat. Imunitasnya tentulah menurun,” kata Yosua.
Yosuatak sendiri menghadapi kondisi tersebut. Tim Psikologi Kesehatan Mental di RSDC Wisma Atlet diisi oleh sejumlah psikolog yang sudah berpengalaman: 2 psikolog dari Angkatan Darat, 2 psikolog dari Angkatan Laut, 2 psikolog dari Angkatan Udara, serta 2 psikolog dari Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPKI).
Sejumlah kondisi yang dijelaskan Yosua menunjukkan, bahwa ketenangan pasien Covid-19 secara psikis, berkorelasi kuat dengan proses pemulihan mereka. Semua itu disadari sejak awal oleh Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Tugas Ratmono selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet.
Karena itulah, Mayjen Tugas Ratmono menugaskan sejumlah psikolog yang sudah berpengalaman. Kepada para psikolog tersebut, Mayjen Tugas Ratmono memberikan arahan secara detail dan lengkap.
“Intinya, jaga ketenangan pasien. Beri kesempatan kepada tiap pasien untuk mengemukakan, apa yang mereka rasakan. Dengan begitu, mereka benar-benar merasa dilayani. Itu faktor penting untuk memulihkan mereka dari COVID-19,” demikian arahan Mayjen Tugas Ratmono kepada Tim Psikologi Kesehatan Mental.
Yosua mengeksekusinya di lapangan, sesuai arahan Mayjen Tugas Ratmono. Pertama, membuka ruang konsultasi secara online, hingga tiap pasien leluasa menghubungi Tim Psikologi Kesehatan Mental melalui telepon.
Kedua, jika ada pasien yang membutuhkan layanan lebih lanjut, Tim Psikologi Kesehatan Mental akan mendatangi pasien yang bersangkutan.
"Dengan demikian, pasien tersebut akan mengemukakan apa yang mereka rasakan, secara tatap-muka. Ada sejumlah pasien yang menghadapi masalah keluarga. Kami meresponsnya dengan menghubungi anggota keluarga yang bersangkutan. Kepada anggota keluarga itu, kami minta ia turut menenangkan sang pasien. Itu menjadi bagian dari langkah psikis, demi mempercepat pemulihan,” kata dia.
Yousa menambahkan, koordinasi dengan perawat yang berada di tiap lantai di tiap tower RSDC Wisma Atlet, mereka lakukan secara intensif. Pengamatan perawat terhadap perilaku tiap pasien, adalah masukan penting bagi tim psikologi kesehatan mental.