Surat Terakhir Jenderal Besar TNI Soedirman Sebelum Meninggal

VIVA Militer: Wafatnya Jenderal Besar Soedirman
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA – Kegigihan dan semangat juang Jenderal Soedirman dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia patut dijadikan contoh bagi prajurit-prajurit TNI saat ini.

Sebab Soedirman berhasil memukul mundur Belanda meski dengan kondisi tidak sehat yaitu dengan satu paru-paru saja.

Menurut catatan sejarah yang dihimpu VIVA Militer dari Museum TNI, Kamis 16 Juli 2020, setelah berhasil memukul mundur Belanda pada 1 Maret 1949, Jenderal Soedirman kembali ke Yogyakarta pada 10 Juli 1949.

Setibanya pria kelahiran 24 Januari 1916 di Yogyakarta bersama rombongannya, mereka disambut meriah oleh masyarakat di sana. Karena masyarakat sangat ingin melihat wajah Soedirman.

Seorang pahlawan negara yang memilih untuk berjuang bersama prajurit dibanding harus berbaring di kasur karena sakitnya. Kemudian kedatangan Panglima Besar juga disambut dengan Parade Militer di alun-alun Yogyakarta yang diliputi suasana haru.

Bahkan masyarakat Yogyakarta sampai menesteskan air mata setelah melihat sendiri keadaan fisik Soedirman yang kurus dan berwajah pucat. Rasa bangga, kagum, dan haru bercampur menjadi satu saat mereka mengingat keberanian Panglima Besar beserta pasukannya ketika bergerilya melawan Belanda.

Memang selama bergerilya, kesehatan Soedirman terus menurun dan beberapa kali jatuh pingsan. Saat tiba di Yogyakarta, kesehatan Panglima Besar langsung diperiksa. Ternyata paru-paru yang sebelahnya sudah terserang penyakit.

Karena itu Soedirman harus beristirahat di rumah sakit dan semua perundingan yang memerlukan kehadirannya dilakukan di rumah sakit. Sampai menjelang akhir hayatnya, Soedirman masih menyimpan rasa kecewa atas cara diplomasi yang ditempuh Pemerintah Indonesia dalam menghadapi Belanda.

Untuk itu pada 1 Agustus 1949, ia menulis surat kepada Presiden Soekarno yang berisikan permohonan untuk mengundurkan diri dari dinas ketentaraan dan meletakkan jabatannya sebagai Panglima Besar. Namun surat itu tak pernah tersampaikan karena kondisi kesehatannya yang semakin memburuk.

Sehingga ia harus beristirahat di Pesanggrahan Militer yang bertempat di Magelang. Siang hari tanggal 29 Januari 1950, Soedirman masih sempat memeriksa rapor sekolah anak-anaknya. 

Tapi panglima besar tidak sempat menandatanganinya karena kondisi penyakit paru-paru yang dideritanya semakin memburuk. Iapun meninggal di usianya yang terbilang cukup muda yaitu 34 tahun.

Keesokan harinya pada 30 Januari 2020, Jenderal Besar Soedirman dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta di samping makam Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo.

Baca: 646 Calon Taruna TNI AL 2020 Jalani Seleksi Tahap Pertama