Mayday, Israel Bombardir Pangkalan Militer Rusia di Tartus

VIVA Militer: Ledakan pangkalan militer Rusia di Tartus
Sumber :
  • X/@sentdefender

VIVA – Pesawat tempur Israel secara konsisten menyerang kota pelabuhan Tartus, Provinsi Tartus, Suriah,m sejak Minggu 15 Desember 2024. Wilayah ini merupakan rumah bagi Angkatan Laut Rusia (VMF) dan pusat fasilitas perbaikan kapal.

Serangan udara militer Israel yang terjadi di Tartus dan Latakia, difokuskan pada sasaran yang digunakan oleh militer Rusia, termasuk galangan kapal yang sebelumnya berada di bawah kendali rezim Bashar al-Assad.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyatakan bahwa serangan udara Israel ke Tartus adalah yang terbesar sejak Perang Saudara Suriah pecah pada 2011 silam.

"Pesawat tempur Israel melancarkan serangan yang menargetkan serangkaian lokasi, termasuk unit pertahanan udara dan depot rudal permukaan-ke-permukaan," bunyi pernyataan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. 

VIVA Militer: Ledakan pangkalan militer Rusia di Tartus

Photo :
  • X/@sentdefender

Dalam sepekan terakhir, militer Israel secara intens melancarkan ratusan serangan di seluruh wilayah Suriah. 
Dimulai pada 9 Desember 2024, aksi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menghancurkan armada kapal perang Suriah di Latakia.

Yang terbaru, IDF mengklaim bahwa sekitar 130 target strategis seperti gudang senjata dan instalasi militer Suriah hancur setelah diserang unit Komando Utara.

Tindakan Israel ini terjadi setelah jatuhnya rezim al-Assad yang digulingkan oleh kelompok pemberontak Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Abu Mohammad al-Julani dan Tentara Nasional Suriah (SNA) pimpinan Brigadir Jenderal Hassan Hamada.

Di sisi lain, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendesak Israel untuk menghentikan serangan besar-besaran di Suriah. 

Meskipun, hingga saat ini pemerintah transisi Suriah pimpinan Perdana Menteri Mohammad Al-Bashir belum merespons atau memberikan pernyataan resmi terkait serangan masif militer Israel,

Aksi Israel menggempur Suriah terjadi hanya sehari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, menyatakan pasukannya telah melakukan serangan udara untuk menyerang basis kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).