Amerika Tuduh Unit Pasukan Rahasia Rusia Siapkan Rencana Sabotase Kabel Bawah Laut
- nytimes.com
VIVA – Amerika Serikat (AS) melancarkan tuduhan serius terhadap Rusia, yang diklaim tengah merencanakan sabotase kabel bawah laut. Rezim Vladimir Putin disebut akan mengerahkan unit pasukan rahasia, untuk menjalankan aksi tersebut.
Seorang pejabat Amerika yang identitasnya dirahasiakan, mengungkap aktivitas militer Rusia yang berada sangat dekat dengan jalur kabel bawah laut.
Hal ini yang menurutnya memicu kekhawatiran jika Angkatan Laut Rusia (VMF) akan menjalankan aksi sabotase.
Dalam laporan yang dilansir VIVA Militer dari CNN, pejabat itu juga meyakini jika Rusia akan mengerahkan pasukan khusus yang disebut Direktorat Utama Staf Umum untuk Penelitian Laut Dalam (GUGI).
Di mana, pasukan khusus Rusia itu adalah salah satu yang keberadaannya paling rahasia dan berada di bawah kendali angkatan laut Kremlin.
Pasukan khusus militer Rusia ini juga diklaim mampu mengoperasikan kapal permukaan, kapal selam dan pesawat tanpa awak (drone) bawah laut secara senyap tanpa terdeteksi radar musuh.
"Kami prihatin dengan meningkatnya aktivitas Angkatan Laut Rusia di seluruh dunia. Kemungkinan bahwa perhitungan keputusan Rusia untuk merusak infrastruktur penting bawah laut AS dan sekutu mungkin berubah," kata pejabat AS tersebut.
"Rusia terus mengembangkan kemampuan angkatan laut untuk sabotase bawah laut terutama melalui GUGI, unit yang dijaga ketat yang mengoperasikan kapal permukaan, kapal selam, dan pesawat nirawak angkatan laut," katanya.
Tuduhan terhadap Rusia itu diklaim pejabat Amerika cukup masuk akal. Sebab, sejumlah kapal perang Rusia terlihat berada di dekat jalur kabel bawah laut dan infrastruktur vital yang terletak jauh dari wilayah negaranya.
Kekahwatiran ini tak lepas dari dampak yang akan ditimbulkan jika sampai terjadi sabotase kabel bawah laut.
Mulai dari putusnya saluran komunikasi pemerintah, militer dan sektor swasta. Selain komunikasi, kabel tersebut juga mengalirkan listrik antar negara-negara Eropa.
Sebab, lebih dari 95 persen data internasional mengalir melalui kabel bawah laut tersebut. Hal itu tersebut membuat kabel berisiko semakin tinggi terhadap serangan siber dan fisik.
Pada 2023 lalu, lembaga penyiaran publik di Swedia, Denmark, Norwegia, dan Finlandia mengungkap armada kapal mata-mata Rusia yang diduga beroperasi di perairan Nordik.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari The Register, Saat itu, muncul juga tudingan Rusia akan menyabotase kabel bawah laut dan ladang angin.