Kisah Sniper Rusia di Kursk, Siluman Pembunuh Tentara Ukraina
- TASS/Vitaly Nevar
VIVA – Sebuah unit penembak runduk (sniper) militer Rusia menjalankan tugas di tengah pendudukan Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) di Oblast (Provinsi) Kursk. Meskipun jumlahnya sedikit, pasukan ini diklaim efektif menahan aksi serdadu Volodymyr Zelensky.
Mengerahkan sekitar 10.000 personel dan sebagian besar persenjataan negara-negara Barat, militer Ukraina menggempur Kursk sejak 6 Agustus 2024 lalu.
Militer Ukraina juga mengklaim telah menduduki lebih dari 1.000 kilometer persegi wilayah tersebut, termasuk kota Sudzha dan sekitar 93 desa.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti, Angkatan Bersenjata Federasi Rusia mengirim sejumlah sniper, untuk menyerang peralatan dan mengganggu aktivitas militer Ukriana.
Salah seorang sniper mengatakan, targetnya adalah sejumlah pesawat tanpa awak yang dipakai untuk melakukan pegintaian.
Tak terkecuali kendaraan yang bergerak di jalan, para penembak runduk ini harus bergerak senyap agar tidak memancing perhatian tentara Ukraina.
"Kami harus berjalan jauh agar tidak menarik perhatian yang tidak perlu. Jika kami mendekat dengan mobil, mereka akan segera mendatangkan artileri atau mengirimkan drone," ujar sniper Rusia yang identitasnya dirahasiakan.
"Stealth (senyap) adalah kartu truf utama kami pergi agar tidak memberi kesempatan kepada musuh untuk menyerang kita," katanya.
Lebih lanjut prajurit Rusia itu mengatakan, setiap hari mereka harus bergerak ke garis depan pertempuran dengan berjalan kaki. 8 kilometer adalah jarak yang kerap harus ditempuh para sniper Rusia itu.
Untuk menghindari intaian drone militer Ukraina, mereka juga mengambil rute yang berada di dalam hutan. Selanjutnya, mereka harus bersabar lebih dari satu hari untuk memastikan posisi sasaran.
Setelah posisi target sudah dipastikan tetap dan terkunci, sniper Rusia akan melakukan dua kali tembakan dan langsung melarikan diri.