Rusia Bongkar Peran Tentara Bayaran Amerika dalam Serangan Kursk
- Instagram/@forwardobservations2.0
VIVA – Sebuah fakta terkuak di tengah serangan masif militer Ukraina di Oblast (Provinsi) Kursk, Rusia. Aksi anak buah Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi ternyata disokong oleh sejumlah tentara bayaran asal Amerika Serikat (AS).
Para tentara bayaran Amerika tersebut diklaim sudah bergabung dalam Operasi Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) di wilayah Kursk, yang digelar sejak 6 Agustus 2024 lalu.
Keberadaan tentara bayaran ini diketahui dari unggahan perusahaan militer swasta Amerika, Forward Observation Group, dalam akun media sosial Instagram resimnya.
"Anak-anak di Kursk," bunyi pernyataan perusahaan militer swasta Amerika Forward Observation Group dalam unggahannya di Instagram.
Terlihat tiga orang tentara bayaran berpose di depan sebuah kendaraan taktis lapis baja, dengan peralatan lengkap termasuk senapan serbu M-4 Carbine.
Tampak pula sebuah pita biru melingkar di kedua lengan, serta juluran kabel yang tersambung ke mikrofon yang berfungsi sebagai alat komunikasi.
Sebelumnya, seorang warga perbatasan Kursk bernama Irina Kirichenko, sempat memberi kesaksian keberadaan tentara asing yang masuk ke desa tempat tinggalnya.
Selain dari Amerika, diyakini ada pula tentara bayaran asal Prancis dan Polandia. Militer Rusia mengklaim jika pergerakan maju pasukan Ukraina di wilayah Kursk sudah berhasil dihentikan.
Meski Ukraina mengklaim sebaliknya, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF), Jenderal Valery Gerasimov, memberikan pernyataan langsung terkait hal tersebut.
"Pada tanggal 6 Agustus, unit Angkatan Bersenjata Ukraina melakukan serangan dengan tujuan merebut daerah di wilayah Kursk. Kemajuan mereka terhenti," ujar Gerasimov dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti.
Menurut data Kementerian Pertahanan Rusia per 19 Agustus 2024, sekitar 3.800 orang tentara Ukraina tewas dalam perang di Kursk. Kerugian juga termasuk hancurnya 54 unit tank dan kendaraan lapis baja.