Mau Jadi Presiden Lagi, Putin Desak Pasukan Rusia Rebut Luhansk dalam 3 Minggu
- tass.com
VIVA – Sebuah laporan diungkap oleh Direktorat Inteijen Utama militer Ukraina (HUR), terkait perintah terbaru Presiden Rusia, Vladimir Putin, kepada seluruh pasukan Rusia yang dikerahkan dalam Operasi Militer Khusus (NVO), Rabu 21 Februari 2022.
Perintah ini diumumkan Putin setelah jatuhnya kota Avdiivka di Republik Rakyat Donetsk (DPR), ke tangan militer Rusia, Sabtu 17 Februari 2024 lalu. Keberhasilan ini membuat orang nomor satu Rusia semakin berambisi untuk mencaplok seluruh wilayah timur Ukraina.
Dalam laporan yang dilansir VIVA Militer dari Newsweek, Republik Rakyat Luhansk (LPR) adalah sasaran selanjutnya. Putin bahkan memberi tengat waktu tiga minggu bagi tentara Rusia, untuk menguasai Luhansk.
Hal ini dibeberkan oleh Wakil Kepala Direktorat Intelijen Utama militer Ukraina, Mayor Jenderal Vadym Skibitskyi, dalam wawancara bersama Interfax-Ukraine.
Menurut Skibitskyi, Putin mengharapkan pasukan Ukraina merebut kendali penuh atas Luhansk jelang Pemilu Rusia yang akan digelar 15 hingga 17 Maret 2024 mendatang.
Keberhasilan merebut Luhansk akan menjadi momentum bagi Putin untuk merebut kepercayaan rakyat, dan kembali menduduki kembali kursi Presiden Rusia. Meskipun sampai saat ini, Putin masih menjadi kandidat terkuat.
Lebih lanjut Skibitskyi mengatakan, meskipun Putin sangat unggul namun dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap agresi militer Rusia mulai menurun.
Sementara, tekanan yang diberikan Putin kepada para prajurit Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) di medan operasi dipandang Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat adalah cara yang licik.
"Sebelum pemilu, mereka (Putin) ingin mencapai setidaknya perbatasan administratif Oblast Luhansk, untuk meraih setidaknya kesuksesan seperti Avdiivka, yang mungkin di tempat lain di bidang lain," ujar Skibitskyi
Selain mencapai perbatasan Luhansk, sasaran militer Rusia untuk enam bulan ke depan adalah mengambil kendali penuh atas Donetsk.
Di dalam misinya, tentara Rusia juga diharuskan untuk mempertahankan wilayah yang sudah diambil alih di beberapa bagian di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia.
Dengan menguasai Kherson dan Zaporizhzhia, Rusia memiliki nilai strategis karena menguasai sepenuhnya akses darat ke Republik Otonomi Krimea.
"Mempertahankan (wilayah Kherson dan Zaporizhzhia) berarti bertahan aktif atau mendorong kami kembali ke posisi awal kami memulai serangan," kata Skibitsky.
"Mereka membutuhkan sistem logistik yang melewati Krimea untuk membawa amunisi, peralatan dan personel ke selatan,"ucapnya.