Fakta 3 Musuh yang Mampu Bikin Amerika Babak Belur dalam Perang
- freepik.com
VIVA – Sebuah laporan yang diterbitkan The Heritage Foundation, membeberkan kelemahan Amerika Serikat (AS) yang diyakini tidak akan mampu menjaga dan melindungi kepentingan nasionalnya jika menghadapi empat musuh utama.
Dikutip VIVA Militer dari Daily Signal, Amerika dinilai takkan bisa mempertahankan posisinya sebagai negara adikuasa. Intervensi di banyak konflik, disebut dalam kesimpulan Indeks Kekuatan Militer Amerika Serikat The Heritage Foundation, bisa jadi bumerang yang mematikan.
Sejumlah faktor disebut lembaga think tank tersebut adalah akibat dari tindakan yang sejak lama hingga saat ini, masih juga dilakukan militer Amerika Serikat. Mulai dari masalah pengerahan pasukan, hingga sikap sejumlah lembaga keamanan nasional.
"Hal ini adalah akibat yang tidak dapat dihindari dari pengerahan pasukan yang berkepanjangan, kekurangan dana, prioritas yang tidak ditentukan dengan baik, kebijakan keamanan yang berubah secara liar, disiplin yang sangat buruk dalam pelaksanaan program," bunyi laporan The Heritage Foundation.
"Kurangnya keseriusan di seluruh lembaga keamanan nasional bahkan ketika ancaman terhadap kepentingan AS telah meningkat," lanjut laporan itu dikutip VIVA Militer dari Daily Signal.
Ancaman nyata terhadap kepentingan nasional AS tak ayal muncul dari China. The Heritage Foundation berani memastikan jika China tidak lagi bisa dipandang sebelah mata.
Peningkatan kekuatan militer China yang ditandai dengan kemunculan armada kapal induk dan kuantitas senjata nuklir.
Kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) juga dianggap semakin menjadi ancaman, setelah terlihat jelas mampu melancarkan serangan langsung dan membuat blokade tiruan di sekitar Taiwan.
"Militer China tidak lagi dapat dipandang sebagai pesaing jauh. China telah mulai mengerahkan kapal induk dalam negeri dan teknologi rudal canggih," ujar The Heritage Foundation.
"China dengan cepat memperluas persenjataan nuklirnya dan melakukan latihan tembakan langsung serta blokade tiruan di sekitar Taiwan," kata laporan itu.
The Heritage Foundation juga meyakini meningkatnya kekuatan tempur militer China membuat jarak kemampuan dengan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat semakin terpangkas.
"Jika tren yang ada saat ini terus berlanjut, kesenjangan antara militer Tiongkok dan AS kemungkinan akan semakin menyempit," kata pernyataan tersebut.
Selain China, negara tandingan Amerika sudah bisa dipastikan adalah Rusia. Negeri Beruang Merah adalah musuh yang dianggap sebagai ancaman paling nyata.
The Heritage Foundation menilai, Rusia dengan ribuan senjata berhulu ledak nuklir bisa saja dengan mudah melancarkan serangan terhadap AS. Akan tetapi, Rusia dianggap belum menunjukkan keinginannya melakukan hal itu.
Meskipun, Amerika wajib menyoroti agresi militer Rusia di Ukraina yang sudah berlangsung hampir dua tahun. Dari tindakan ini Rusia tetap dianggap sebagai musuh utama terhadap sekutu AS di Eropa.
"Meskipun Rusia mempunyai kemampuan militer untuk menyakiti dan (dalam hal persenjataan nuklirnya) menimbulkan ancaman nyata terhadap AS, Rusia belum secara meyakinkan menunjukkan niatnya untuk melakukan hal tersebut," lanjut The Heritage Foundation.
"Namun demikian, terutama mengingat perangnya melawan Ukraina, Rusia tetap menjadi ancaman yang signifikan terhadap kepentingan dan sekutu Amerika di kawasan Eropa," kata lembaga tersebut.
Yang terakhir tentu saja Republik Islam Iran, yang diyakini AS ada di balik serangan pasukan Hamas Palestina ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Tak hanya itu, Amerika juga tahu persis peran Iran dalam menyokong milisi Houthi Yaman yang hingga saat ini berhasil memblokade Laut Merah. Iran juga dianggap mensponsori sejumlah pemberontak di kawasan Timur Tengah, yang anti-Amerika.
"Serangan 7 Oktober terhadap Israel dan serangan berikutnya yang disponsori Iran terhadap pasukan AS di wilayah tersebut secara signifikan meningkatkan risiko eskalasi," ucap The Heritage Foundation.
"Risiko ini mewakili serangkaian tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang melampaui kapasitas kami, mitra serta sekutu kami, dalam mengatasi ancaman terhadap energi dan perdagangan global," kata laporan itu.