Ternyata Tentara Israel Bunuh 100 Orang Lebih Staf PBB

VIVA Militer: Staf PBB menjadi korban serangan militer Israel
Sumber :
  • aa.com.tr

VIVA – Kebiadaban tentara Israel dalam pembantaian di Gaza tak hanya menyasar warga sipil Gaza, Palestina. Menurut laporan terbaru, lebih dari 100 orang staf Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menjadi korban tewas.

Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Middle East Monitor, agresi militer Israel yang dilancarkan sejak 7 Oktober 2023 telah melukai 50,036 orang dan membunuh 20.424 warga sipil Gaza.

Gelombang desakan dunia untuk menghentikan perang, nyatanya cuma dianggap angin lalu oleh rezim zionis pimpinan Benjamin Netanyahu.

Kejahatan tentara Israel ternyata berdampak besar pada staf PBB, yang tergabung dalam Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk

VIVA Militer: Staf PBB menjadi korban serangan militer Israel

Photo :
  • wsj.com

Pengungsi Palestina (UNRWA).

Organisasi tersebut secara resmi merilis data kematian stafnya yang bertugas di Gaza. UNRWA memastikan, tentara Israel telah menghabisi nyawa 142 orang anggotanya.

"Tim kami melakukan hal yang mustahil untuk membantu orang-orang yang membutuhkan," bunyi pernyataan UNRWA dilansir VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, TASS.

"Kami berduka atas kehilangan lebih banyak rekan UNRWA yang terbunuh di Gaza, yang sekarang berjumlah 142 orang. Mayoritas bersama keluarga mereka," lanjut pernyataan tersebut.

Meski berada di tengah ancaman kematian, staf UNRWA masih terus melaksanakan tugasnya di Gaza. Sebab menurut laporan terbaru, mereka harus membantu puluhan ribu wanita hamil di wilayah itu.

VIVA Militer: Pengungsi Gaza di markas UNRWA

Photo :
  • aljazeera.com

Lewat akun X resminya, UNRWA menyatakan ada sekitar 50.000 wanita hamil, dan lebih dari 180 orang melahirkan setiap harinya.

"Diperkirakan ada 50.000 perempuan hamil di Jalur Gaza, dan lebih dari 180 melahirkan setiap hari," UNRWA menambahkan.
 
"Para dokter dan bidan mereka melakukan segala kemungkinan untuk memberikan perawatan bagi wanita hamil pasca melahirkan dan berisiko tinggi di tujuh pusat kesehatan UNRWA yang beroperasi," lanjut pernyataan tersebut.