125 Ribu Tentara Ukraina Mati Sia-sia, Serangan Balik Gagal Total
- sputnikmediabank.com
VIVA – Hampir genap enam bulan pasca komando militer Ukraina memberi perintah operasi serangan balik, terhadap posisi pasukan Rusia di Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Zaporizhzhia. Sayangnya, rezim Volodymyr Zelensky justru mendapat hasil nihil.
Sejak agresi dilancarkan pada 24 Februari 2022, militer Rusia berhasil merebut sebagian besar wilayah front timur, terutama di wilayah Donetsk dan Zaporizhzhia.
Hal ini yang menjadi sasaran utama militer Ukraina, untuk merebut kembali wilayah yang dicaplok dan menendang tentara Rusia keluar.
Dengan dukungan persenjataan dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Zelensky memberi perintah untuk memulai operasi kontra ofensif pada 4 Juni 2023.
Dengan kekuatan tempur yang berada jauh di bawah militer Rusia, Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) nyatanya tidak bisa menjalankan rencananya hingga memasuki musim dingin.
Cuaca ekstrem yang akan segera datang, dipastikan membuat pasukan militer Ukraina akan menelan banyak kerugian. Hal ini terbukti dengan munculnya data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia.
Menurut Menteri Pertahanan Rusia, Jenderal Sergei Shoigu, lebih dari 125.000 tentara Ukraina tewas hanya dalam waktu enam bulan atau selama operasi serangan balik berlangsung.
"Dalam enam bulan serangan balasan, musuh (Ukraina) kehilangan lebih dari 125 ribu orang dan 16 ribu unit berbagai senjata," ucap Shoigu dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti.
Kemunduruan dan kerugian besar yang ditelan militer Ukraina, menjadi keuntungan besar bagi unit Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF).
Shoigu menegaskan, pihaknya akan memperluas zona operasi dan zona kendali ke seluruh front. Strategi ini menjadi langkah lanjutan, setelah kegagalan operasi serangan balik Ukraina.
"Kami akan terus melakukan pertahanan aktif dan meningkatkan potensi tempur Angkatan Bersenjata Federasi Rusia, dengan mempertimbangkan pengalaman operasi militer khusus," kata Shoigu.