TNI Angkatan Laut Beli Kapal Selam Inggris Rp1,53 Triliun

VIVA Militer: Kapal selam SRV-F Mk3
Sumber :
  • navaltoday.com

VIVA – Perusahaan pembangun kapal selam asal Inggris, Submarine Manufacturing & Products Ltd (SMP), mengonfirmasi penyediaan kapal selam untuk TNI Angkatan Laut.

Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari Machinary Market, perusahaan yang berbasis di Blackpool, Inggris, disebut telah menyiapkan Sistem Kapal Selam Penyelamat (SRS) terbaru, buat TNI Angkatan Laut.

Kapal selam ini akan ditempatkan di kapal induk, yang dirancang oleh konsultan desain dan teknik independen, Houlder. Sementara itu, proses pembagunan juga melibatkan perusahaan Indonesia, BTI Defense.

Dengan kontrak pembangunan 3 tahun, kapal selam penyelamat SRV-F Mk3 akan meliputi tahap desain dan pembangunan. Sementara itu, pembuatan kapal induk juga akan dilakukan oleh perusahaan Inggris tersebut.

VIVA Militer: Kapal selam SRV-F Mk3

Photo :
  • royalihc.com

Dilansir VIVA Militer dari Naval Today, kontrak pembuatan kapal selam SRV-F Mk3 mencapai US$100 juta, atau setara dengan Rp1,53 triliun.

Kemudian, nantinya prajurit TNI Angkatan Laut juga akan menerima pelatihan dengan para ahli terkait pengoperasian sistem kapal selam saat menjalankan tugas.

Dengan sistem hibrida yang bisa dikerahkan dari kapal induk maupun lewat udara, kapal selam penyelamat SRV-F Mk3 diklaim dikembangkan oleh tujuh orang ahli kapal selam penyelamat kelas dunia.

Sistem kapal selam Inggris ini juga diyakini mampu dihadapkan dengan berbagai skenario keadaan darurat. Tak terkecuali wilayah operasi yang luas, dan Waktu Pertolongan Pertama (TTFR) yang cepat.

VIVA Militer: Kapal selam SRV-F Mk3

Photo :
  • navalnews.com

Jika kapal selam imi dikerahkan melalui udara, tim penyelamat bisa ditarik dari lokasi kapal selam yang mengalami kesulitan, tanpa perlu diangkat ke dek. 

Kemampuan utama yang dimiliki SRV-F Mk3 ini mengurangi waktu, risiko dan kompleksitas mobilisasi penyelamatan. Kapal ini juga diklaim sangat meningkatkan kemungkinan tersedianya kapal pendukung, yang sesuai di lokasi. 

Teknologi hibrida ini menghemat waktu bagi kru jika terdampar. Karena jika pasokan pendukung kehidupan berkurang, kapal ini bisa menghindari ketergantungan terkait sistem penyelamatan baik lewat udara maupun kapal induk.