Pasukan Katak dan Pilot Tempur China Tak Sabar Mati Demi Serang Taiwan
- globaltimes.cn
VIVA – Sejumlah prajurit Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menyatakan janji untuk menyerahkan nyawanya, jika invasi militer ke Taiwan benar-benar terjadi. Pernyataan para tentara China itu muncul di sebuah film dokumenter terbaru.
Adalah Chasing Dreams (Menggapai Mimpi), film dokumenter yang dirilis untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-96 Tentara Pembebasan Rakyat China.
Film dokimenter Chasing Dreams sudah ditayangkan awal pekan ini di China Central Television.
Dalam film ini, diperlihatkan banyak latihan militer dan kesaksian puluhan tentara China. Mereka bahkan menyatakan kesediaannya untuk mati dalam serangan potensial terhadap Taiwan (Republik China).
Chasing Dreams adalah bukti peningkatan nasionalisme China, untuk menunjukkan kepercayaan militer terhadap kans invasi militer ke Taiwan.
Dan secara implisit, juga menunjukkan kekuatan terhadap militer Amerika Serikat yang menentang ambisi merealisasikan "Satu China". Washington juga telah berjanji untuk membantu Taiwan mempertahankan diri jika terjadi invasi.
Pada Juli 2023 lalu, pemerintah Joe Biden bahkan mengumumkan paket bantuan militer senilai US$345 juta, atau setara dengan Rp5,24 triliun untuk Taiwan.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya pernyataan siap mati sejumlah tentara China, jadi bagian yang lebih dramatis dari film dokumenter ini.
Salah satunya adalah prajurit bernama Zuo Feng, anggota Pasukan Katak Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN).
"Jika perang pecah dan kondisinya terlalu sulit untuk melepaskan ranjau angkatan laut dengan aman dalam pertempuran yang sebenarnya, kami akan menggunakan tubuh kami sendiri untuk membuka jalur aman bagi pasukan (pendarat) kami," ujar Zuo Feng.
Tak hanya Zuo Feng, Li Peng yang merupakan pilot Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) dari Skuadron Wang Hai, juga mengutarakan hal yang sama.
"Jet tempur saya akan menjadi rudal terakhir yang meluncur ke arah musuh, jika dalam pertempuran nyata saya telah menggunakan semua amunisi saya," kata Li Peng.