Darurat Digilas Rusia, Stok Senjata NATO Menciut Gara-gara Dikirim Buat Ukraina
- euronews.com
VIVA – Dukungan senjata Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk Ukraina, ternyata menimbulkan dampak buruk dan justru bisa jadi ancaman bagi aliansi.
Bak bumerang yang bisa menyerang balik tuannya, Amerika dan sekutunya terancam digilas Rusia karena stok senjata terus menipis.
Kiriman senjata senilai miliaran Dolar tak henti-hentinya digelontorkan Amerika, Inggris, Jerman, Prancis dan anggota NATO lainnya demi menghentikan invasi militer Rusia.
Sayang, upaya itu belum membuahkan hasil signifikan. Malahan di sisi lain, pasukan Vladimir Putin terus melanjutkan agresinya yang sudah hampir 15 bulan.
Amerika dan sekutunya didesak untuk mengontrol suplai senjata ke Ukraina, dan mencari solusi agar NATO tak kehabisan persediaan senjata.
Sebab saat ini, meski tak dijelaskan secara rinci jumlah stok senjata NATO terus menipis. Hal ini diutarakan oleh Komandan Komando Angkatan Udara AS (US Air Force) untuk Eropa dan Afrika, Jenderal James Hecker.
"Timbunan senjata Amerika Serikat dan sekutunya di Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) menjadi sedikit berbahaya, tanpa solusi jangka pendek," ujar Hecker dikutip VIVA Militer dari The Epoch Times.
Dalam Konferensi Angkatan Udara dan Luar Angkasa di London pekan lalu, mantan Komandan Komando Udara Sekutu (AIRCOM) mendesak sekutu NATO, untuk berpikir serius tentang persediaan senjata mereka.
"Saya pikir sangat penting bagi kita untuk mengetahui di mana posisi senjata kita berada di 32 negara NATO, san kita semakin jauh dibandingkan dengan di mana kita berada," kata Hecker melanjutkan.
"Dan itu mungkin tidak akan menjadi lebih baik. Ya, ini bukan hanya dalam jangka pendek. Kita harus memastikan dalam jangka panjang, kita tetap memiliki basis industri yang dapat meningkatkan apa yang kita miliki," ucapnya.
Pad 7 Juli 2023 lalu, Departemen Pertahanan AS merilis data nilai bantuan Sejak invasi militer Rusia digelar pada 24 Februari 2022, Amerika telah mengirim senjata senilai lebih dari $41,3 miliar (Rp619,6 triliun).
Jumlah tersebut termasuk lebih dari US$15 miliar, atau setara dengan Rp225 triliun, yang diambil dari stok pribadi militer Amerika Serikat.