Ngamuk Dituduh Pelihara Teroris, Turki Siap Gempur Suriah
- pbs.org
VIVA – Peningkatan aktivitas kelompok pemberontak Kurdi yang tergabung dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF), membuat Turki geram. Militer Turki dipastikan bakal kembali melancarkan serangan ke Suriah, jika rezim Recep Tayyip Erdogan merasa terancam.
Penasihat Kebijakan Luar Negeri Presiden Turki, Ibrahim Kalin, menegaskan hal tersebut. Hal ini sesuai dengan kesepakatan yang dicapai Turki dengan Rusia, pada Desember 2022 lalu.
Pada pertemuan yang digelar di Moskow tersebut, Menteri Pertahanan Turki Jenderal (Purn.) Hulusi Akar, menegaskan sikap negaranya di depan Menteri Pertahanan Rusia, Jenderal Sergey Shoigu dan Menteri Pertahanan Suriah, Letnan Jenderal Ali Mahmoud Abbas.
"Peluncurkan operasi militer darat di Suriah dimungkinkan kapan saja, tergantung pada tingkat ancaman yang dirasakan," ujar Kalin dikutip VIVA Militer dari The Syrian Observer.
"Turki akan terus mendukung proses politik yang disepakati pada Desember 2022 pada pertemuan antara Menteri Pertahanan Rusia, Turki dan Suriah di Moskow," katanya.
Pada 20 November 2022, unit militer Turki melancarkan serangan masif dari wilayah darat dan udara di wilayah Suriah Utara dan Timur.
Pasukan Angkatan Bersenjata Turki (TSK) menargetkan sejumlah nfrastruktur yang diyakini sebagai sarang milisi Kurdi Pasukan Demokratik Suriah dan Unit Perlindungan Rakyat (YPG).
Lebih lanjut Kalin menyatakan, seluruh langkah militer Turki bisa dilakukan demi menjaga situasi dan kondisi keamanan di perbatasan Suriah-Turki.
"Kami menginginkan keamanan di perbatasan kami," ucap Kalin menambahkan.
Meningkatnya ketegangan di perbatasan, membuat Suriah dan Turki kembali merencanakan pertemuan. Pertemuan delegasi kedua negara dijadwalkan pada pertengahan Februari 2023 mendatang.
Sementara itu, Presiden Suriah, Marsekal (Purn.) Bashar al-Assad, memastikan tidak akan melanjutkan dialog dengan Turki.
Di depan Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, al-Assad baru akan menerima tawaran dialog asalkan Turki menarik seluruh pasukannya dari Suriah dan mengakhiri dukungan terhadap Tentara Nasional Suriah (SNA) yang dianggap sebagai kelompok teroris.