Roket Luar Angkasa Iran Bikin Israel Jiper, Rupanya Bisa Diisi Hulu Ledak Nuklir
- energyintel.com
VIVA – Peluncuran dua satelit Republik Islam Iran melalui dua varian roket, ternyata membuat Israel ketar-ketir. Negara Zionis itu khawatir roket yang didesain membawa satelit ke luar angkasa, juga bisa dipakai sebagai peluncur Rudal Balistik Antar-Benua (ICBM) berhulu ledak nuklir.
Sejumlah pejabat Israel baru saja memberikan pernyataan terkait kekhawatiran pemanfaatan roket luar angkasa Iran, untuk membawa hulu ledak nuklir seberat 500 kilogram.
Selain sangat mematikan, roket itu bisa menghancurkan target sejauh 4.000 kilometer.
"Iran bisa menggunakan teknologi yang sama yang digunakannya untuk roket di program luar angkasanya dan membuat rudal balistik yang membawa hulu ledak nuklir," ucap pejabat Israel yang tak disebutkan namanya.
"(Iran) juga bisa menggunakan teknologi ini untuk secara signifikan, memperluas jangkauan rudal konvensionalnya, katanya dikutip VIVA Militer dari Haaretz.
Dua roket yang jadi sorotan pemerintah dan militer Israel adalah QAEM-100 dan Zojanah. Kedua unit roket terbaru Iran disinyalir Israel memiliki kemampuan mesin yang sama, dan bisa menampung bahan bakad padat.
Jika salah satu atau bahkan keduanya diakuisisi oleh militer Iran, maka setidaknya roket ini akan bisa menampung bahan bakar padat.
Dalam hal ini adalah hulu ledak nuklir sebanyak 500 kilogram, dengan jangkauan lebih dari 4.000 kilometer. Jelas, ini akan menjadi senjata nuklir Iran yang sangat mematikan.
Meskipun Iran kerap membantah pengayaan uranium digunakan untuk senjata nuklir, Israel tetap meyakini jika pembangunan Rudal Balistik Antar-Benua (ICBM) adalah tujuan utama rezim Ayatollah Khamenei.
Iran sebelumnya meluncurkan roket Zuljanah dari Terminal Peluncuran Antariksa Imam Khomeini di Provinsi Semnan, Juni 2022. Iran kemudian meluncurkan roket QAEM-100 dadi Pusat Peluncuran Shahroud Badan Antariksa Iran di.
Iran meluncurkan QAEM-100 pada November dari pusat peluncuran Shahrud Badan Antariksa Iran. Zoljanah diluncurkan pada bulan Juni dari Terminal Peluncuran Antariksa Imam Khomeini.