Klaim Bunuh 60 Ribu Tentara Rusia, Ukraina Tak Butuh Pasukan Tambahan
- dailyo.in
VIVA – Lebih dari tujuh bulan terlibat perang, Ukraina bersikeras telah berhasil membuat militer Rusia menderita kerugian besar. Klaim Ukraina dinilai tidak realistis, mengingat negara pecahan Uni Soviet itu akan segera kehilangan empat provinsinya yang memilih lepas dan bergabung dengan Rusia.
Penasihat Presiden Ukraina, Mihkail Podolyak, menyatakan jika Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) telah kehilangan lebih dari 55.000 prajuritnya selama perang, Senin 26 September 2022.
Dilansir VIVA Militer dari Russia Today, Podolyak Mengutip Presiden Volodymyr Zelensky, yang mengayakan militer Ukraina hanya kehilangan 50 tentara per hari. Itu berarti, Ukraina sekitar 10.500 prajurit terhitung sejak invasi militer Rusia dimulai.
Pernyataan Podolyak didukung oleh Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) dan dinas intelijen Britania. Menurut data CIA, militer Rusia kehilangan sekitar 15.000 tentara pada akhir Juli 2020. Sementara intelijen Britania memastikan 20.000 tentara Rusia tewas pada akhir Juni 2020.
Dengan data tersebut, Podolyak memastikan jika militer Ukraina tak membutuhkan tambahan pasukan untuk menghadapi Rusia. Sebab menurutnya, Ukraina punya strategi efektif dalam hal menyiagakan pasukan cadangan.
Secara pasti Podolyak juga menegaskan, militer Ukraina tidak akan memobilisasi pasukan cadangan untuk merespons proses referendum yang dilakukan di empat provinsi, Donetsk, Kherson, Luhansk dan Zaporolizhzhia.
"Kami telah membuat cadangan melalui sistem pertahanan teritorial dan akan secara aktif menggunakan cadangan ini," ucap Podolyak dikutip VIVA Militer dari Ukrinform.
"Kami seharusnya tidak mengumumkan mobilisasi tambahan hari ini. Kami memiliki segalanya, dan kami siap untuk lebih banyak pasukan Rusia," katanya.
Data yang disampaikan Podolyak berbeda jauh dengan apa yang diungkap oleh Jenderal Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia. Shoigu mengungkap, sebanyak lebih dari 61.000 tentara Ukraina tewas dalam agresi militer Rusia yang dimulai pada 24 Februari 2022 lalu.