40 Ribu Prajurit Tewas, Militer Ukraina Paksa Perempuan Ikut Perang
- topwar.ru
VIVA – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkap fakta hampir 40.000 prajuritnya tewas dalam perang melawan militer Rusia. Kerugian personel yang dialami, membuat Angkatan Bersenjata Ukraina (ZSU) memutar otak demi menghadapi agresi armada Beruang Merah.
Sejumlah titik di seluruh Ukraina dibanjiri dengan selebaran perekrutan wajib militer. Krisis jumlah personel memaksa militer Ukraina melakukan perekrutan warga sipil, untuk dikirim ke garis depan pertempuran.
Seorang prajurit militer Ukraina yang bertugas di pangkalan perekrutan wajib militer, menyatakan jika pemberitahuan kepada warga sipil dilakukan di berbagai tempat.
Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari Russia Today, tak hanya disambangi ke rumah pribadi, informasi perekrutan juga disebar di pusat perbelanjaan, pom bensin dan fasilitas umum lainnya.
"Ukraina membutuhkan tenaga kerja baru. Draf pemberitahuan (wajib militer) disebar di tempat-tempat umum, dan semua orang tahu itu," ujar prajurit militer Ukraina yang tak disebutkan namanya.
"Itu terjadi di mal, tempat rekreasi, pom bensin, tidak menjadi masalah di mana pun. Tujuannya adalah merekrut sebanyak mungkin orang untuk cadangan militer," katanya.
Tak cuma pria, militer Ukraina juga memaksa para wanita untuk menjadi tentara. Dalam undang-undang yang dibuat oleh Zelensky, seluruh wanita Ukraina harus masuk wajib militer.
Jika menolak, maka harus membayar denda. Tidak hanya itu, para wanita dipastika takkan bisa mendapat pekerjaan baru, tanpa dokumen resmi yang dikeluarkan militer Ukraina bahwa yang bersangkutan telah mengikuti wajib militer.
Selain wanita, militer Ukraina juga memaksa para narapidana untuk berperang. Pada akhir Mei 2022 lalu, 363 narapidana dibebaskan, untuk dimasukkan ke program wajib militer.
Tindakan militer Ukraina ini mendapat sorotan dari purnawirawan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF), yang juga merupakan jurnalis militer, Kolonel (Purn.) Viktor Baranets.
Pemaksaan perekrutan wajib militer yang dilakukan Ukraina, dipandang Baranets jadi bukti nyata kekalahan negara itu.
Tak cuma prajurit, militer Ukraina juga membutuhkan sosok perwira untuk menjadi pemimpin unit militer dikarenakan banyak yang tewas dalam perang
"Tidak cukup tentara dan perwira untuk dikontrak. Kekurangan personel dalam militer Ukraina meningkat, karena selama operasi khusus sejumlah besar Neo-Nazi yang berpengalaman tewas," ucap Baranets.
"Dan, orang-orang cadangan yang saat ini dikirim ke pertempuran tidak cocok untuk tugas itu. Tetapi yang lebih penting ada kekuarangan staf tidak hanya di militer, tetapi juga di Pasukan Pertahanan Teritorial. Itu sebabnya, bahkan wanita juga dipanggil," katanya.