Jawab Ancaman Amerika, Iran: Tentara Anda Bakal Kencing di Celana!
- aspistrategist.org.au
VIVA – Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran (Artes) memberikan jawaban mengejutkan, usai mendapat ancaman dari Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden. AS memperingatkan, bakal mengerahkan kekuatan militer untuk menggagalkan ambsi Iran mendapat senjata nuklir.
Ancaman terhadap Iran dilontarkan Biden saat mengunjungi Israel dan bertemu langsung dengan Perdana Menteri Yair Lapid di Tel Aviv, Kamis 14 Juli 2022.
Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin negara sepakat untuk melaksanakan Deklarasi Bersama, tentang Kerja Sama Strategis AS-Israel. Deklarasi ini diyakini sebagai salah satu upaya kedua negara untuk mencegah Iran menggunakan senjata nuklir.
Saat menerima pertanyaan apakah Amerika akan menggunakan kekuatan militer untuk menggagalkan ambisi Iran mendapat senjata nuklir, Biden memberikan jawaban pasti.
"Ya, jika itu adalah upaya terakhir," ucap Biden dikutip VIVA Militer dari The Times of Israel.
Ancaman Amerika dan Israel rupanya tak membuat nyali Iran ciut. Juru bicara Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi, memastikan jika negaranya takkan tinggal diam dengan apa yang dilakukan Amerika.
Shekarchi menegaskan, Amerika dan Israel akan membayar harga yang sangat mahal jika sampai berani menggelar operasi militer di Iran.
Tak segan, Shekarchi menyebut Biden tengah mengantuk saat memberikan pernyataan itu. Jenderal bintang satu Iran itu bahkan menyatakan jika tentara Amerika Serikat bakal terkencing-kecing di celana, saat tiba di Teluk Persia.
"Amerika dan Zionis Israel tahu betul harga untuk menggunakan kata 'kekuatan' terhadap Iran. Biden pasti mengantuk ketika dia mengancam Iran," ucap Shekarchi.
"Awasi celana tentara-tentara Anda, mungkin celana mereka basah saat berada di Teluk Persia," katanya dikutip VIVA Militer dari Express.
Iran sebenarnya sudah menyepakati perjanjian bebas nuklir dalam perjanjian Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang ditandatangani di Wina, Austria, 14 Juli 2015. Kesepakatan itu ditandatangani Iran di depan perwakilan enam negara, China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat, termasuk delegasi Uni Eropa.
Akan tetapi pada 2018, Amerika di bawah komando Presiden Donald Trump, mengingkari kesepakatan tersebut dan menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran. Tak tinggal diam, Negeri Mullah pun kembali memulai program nuklirnya pada 2019 sebagai jawaban tas tindakan AS.