Dendam Kesumat, Iran Nafsu Bunuh Menlu Amerika Era Donald Trump

VIVA Militer: Poster ancaman pembunuhan Mike Pompeo
Sumber :
  • Twitter/@iraninarabic_ir

VIVA – Api dendam Iran terhadap Amerika Serikat (AS) sepertinya takkan padam begitu saja. Terutama kepada rezim Presiden Donald Trump, yang bertanggung jawab atas kematian perwira tinggi militer Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, pada 3 Januari 2020 silam.

Bukan cuma pada Trump, Iran juga menaruh dendam kepada Menteri Luar Negeri era Trump berkuasa, Mike Pompeo. Pompeo diyakini jadi salah satu aktor perancang pembunuhan Soleimani, di Bandara Internasional Baghdad, Irak, dua tahun lalu.

Keyakinan Iran sangat beralasan. Sebab selain dikenal sebagai politisi, Pompeo juga adalah salah satu tokoh intelijen Amerika. 

Mantan perwira Angkatan Darat AS (US Army) ini pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Badan Intelijen Pusat atau CIA.

VIVA Militer: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo

Photo :
  • Vox.com

Sebuah akun Twitter berbahasa Arab yang bernama @iraninarabic_ir, mengunggah sebuah poster berisi ancaman terhadap Pompeo. Dalam foto tersebut terlihat di bagian kepala Pompeo terdapat garis bidik senjata. 

"Hiduplah dalam ketakutan, pembohong," tulis akun tersebut dikutip VIVA Militer dari Twitter.

Mengetahui ancaman ini, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (US Departement of State), memberikan respons keras. 

Iran dipastikan bakal menerima konsekuensi berat jika sampai berani menyerang atau bahkan menghabisi nyawa pejabat Amerika.

"Jangan salah, Amerika Serikat akan melindungi dan membela warganya. Ini termasuk mereka yang melayani Amerika Serikat sekarang dan mereka yang sebelumnya menjabat," ujar Ned Price, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS.

"Kami bersatu dalam tekad untuk melawan ancaman dan provikasi. Kami bersatu membela rakyat kami. Jika Iran menyerang salah satu warga negara kami, mereka akan menghadapi konsekuensi yang parah," katanya.

Departemen Luar Negeri AS dikabarkan telah menggelontorkan dana sekitar US$2 juta, atau senilai dengan Rp29,7 miliar, per bulan. Dana itu digunakan untuk menyediakan layanan keamanan khusus untuk melindungi Pompeo selama 24 jam.