Uskup Agung Katolik Ukraina: Rusia Membunuh Pendeta dan Umat!

VIVA Militer: Uskup Agung Katolik Ukraina, Sviatoslav Shevchuk
Sumber :
  • exaudi.org

VIVA – Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki pekan ketiga. Meskipun belum berhasil menerobos ibukota Kiev, Negeri Beruang Merah dengan kekuatan militernya telah menghancurkan sejumlah wilayah.

Memasuki hari ke-23 perang, pasukan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) masih melancarkan serangan ke sejumlah kota. Kharkiv, Kherson, Odesa dan Mauripol, jadi wilayah yang mengalami kerusakan parah akibat serangan rudal dan artileri militer Rusia.

Meskipun menuai banyak kecaman, Presiden Rusia, Vladimir Putin, tetap tak bergeming mempertahankan pendiriannya. Instruksi "Operasi Khusus" ke negara pecahan Uni Soviet, membuat sejumlah nyawa melayang jadi harga mahal yang harus dibayar.

Kecaman dan seruan perlawanan dikobarkan oleh Uskup Agung Katolik Yunani Ukraina, Sviatoslav Shevchuk. Sebagai pemuka agama, Shevchuk dengan tegas menyatakan mendukung perlawanan rakyat Ukraina terhadap agresi Rusia.

Perlawanan rakyat Ukraina diyakini Shevchuk sebagai bentuk perjuangan untuk mempertahankan kebebasan dan hak untuk hidup.

VIVA Militer: Bangunan gereja di Ukraina rusak parah akibat serangan Rusia

Photo :
  • aleteia.org

"Tak ada posisi netral. Mereka memperjuangkan hak mereka untuk hidup, untuk kebebasan dan untuk menjadi diri mereka sendiri,” ucap Shevchuk dikutip VIVA Militer dari Church Times

“Alasan serangan terhadap Ukraina adalah salah, sebuah kebohongan besar membenarkan kelanjutan agresi," katanya.

Shevchuk juga mengecam tindakan Rusia yang melancarkan serangan dengan menenteng slogan keimanan. Akan tetapi pada kenyataannya, banyak pemuka agama dan umat justru tewas akibat serangan militer Rusia. 

Tak hanya itu, serangan rudal dan artileri Rusia juga telah menghancurkan sejumlah rumah ibadah di Ukraina. Hal itu lah yang menurut Shevchuk tidak bisa diterima.

"Di bawah slogan membela iman, mereka menghancurkan kuil dan membunuh para pendeta dan umat. Dengan kedok kepedulian terhadap hak asasi manusia, mereka menciptakan kondisi yang tidak bisa ditoleransi," ujar Shevchuk.