Amerika dan NATO Bawa Dunia dalam Bahaya Perang Nuklir
- The Conversation
VIVA – Kemungkinan meletusnya Perang Rusia-Ukraina semakin besar, menyusul terus meningkatnya aktivitas militer di sepanjang perbatasan kedua negara. Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) dan sektunya yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), memastikan bakal campur tangan jika sampai Rusia melancarkan invasi ke Ukraina.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari New York Post, saat ini sudah ada sekitar 150 ribu personel militer Rusia yang dikerahkan ke perbatasan. Pun dengan militer Ukraina, yang juga sudah menyiagakan tak hanya pasukan, tetapi juga sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Guna meredakan ketegangan, AS dan Rusia mengadakan pertemuan untuk membahas masalah tersebut. Berlangsung di Jenewa, Swiss dan Brussels, Belgia, negosiasi AS dan Rusia nyatanya sama sekali tak membuahkan hasil.
AS dan NATO kerap memastikan bahwa pihaknya akan mendukung penuh Ukraina, dalam menghadapi setiap kemungkinan invasi Rusia. Akan tetapi di sisi lain, muncul tudingan bahwa sikap AS dan NATO lah yang justru jadi biang kekacauan.
Pendapat itu dikemukakan oleh anggota Senat AS dari Institut Schiller, Richard Black. Black menegaskan, aksi AS dan NATO menempatkan sejumlah senjata berkemampuan nuklir di perbatasan Rusia, hanya akan membawa dunia dalam bahaya perang nuklir.
Cara Amerika sebagai pimpinan NATO, dinilai Black harus diubah. Dalam pandangannya, Amerika seharusnya bisa menempuh jalan lain dalam menyelesaikan permasalahan, tanpa harus mengedepankan konfrontasi bersenjata.
"Apa yang telah dilakukan NATO dan AS pada pekan ini adalah untuk membawa dunia lebih dekat ke ambang perang nuklir, dengan bersikeras melanjutkan penempatan senjata dengan kemampuan serangan nuklir. Tidak hanya dekat, tetapi di perbatasan Rusia," ujar Black.
"Yang dibutuhkan adalah arsitektur keamanan dunia baru, yang menjamin keamanan semua negara termasuk Rusia dan Amerika Serikat. Barat harus melepaskan fantasi kekerasannya, untuk memenangkan Rusia dan China," katanya.
Menurut Black, ketegangan antara AS-Rusia atau AS-China hanya bisa diselesaikan dengan hubungan ekonomi yang saling menguntungkan. Peningkatan hubungan ekonomi antara timur dan barat patut diupayakan, untuk meningkatkan produktivitas semua negara.
Akan tetapi menurut Black, jika hal itu sama sekali tidak dipikirkan maka bukan tak mungkin bahaya perang nuklir akan terus mengancam dunia.
"Yang dibutuhkan adalah seperangkat hubungan ekonomi baru, yang didasarkan kepada pengembangan bersama kekuatan produktif timur dan barat," lanjut Black dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, TASS.
"Jika ada perubahan dalam beberapa jam atau beberapa hari berikutnya dari NATO dan AS, maka pembicaraan bisa menguntungkan. Jika tidak, maka kemungkinan konfrontasi dan perang nuklir bisa meningkat signifikan," jelasnya.