Tragis, Terjebak di Lembah Kematian 180 Pasukan Taliban Jadi Mayat

VIVA Militer: Mayat TLBN
Sumber :

VIVA – Upaya pasukan Taliban untuk menembus basis utama Pasukan Aliansi Utara (NRF) di Lembah Panjshir benar-benar tak mudah.

Walau lembah kematian itu sudah dikepung dari segala penjuru, tapi tak ada seorang pun pasukan Taliban yang mampu menginjakkan kaki di tanah para singa.

Alih-alih menaklukkan NRF, pasukan Taliban malah mendapatkan nasib yang benar-benar tragis.

Sejak negosiasi antara Taliban dan kubu Aliansi Utara mentok, milisi bersenjata penguasa baru Republik Islam Afghanistan telah mengerahkan ribuan pasukan ke Panjshir. Namun semua pasukan Taliban gagal masuk.

Yang terbaru dari informasi yang didapatkan VIVA Militer, Kamis 2 September 2021, pasukan Taliban dipukul mundur setelah terjadi pertempuran sporadis di beberapa wilayah pintu masuk ke Panjshir.

VIVA Militer: Pasukan NRF

Photo :

Malahan, tak cuma dipukul mundur saja, seratusan pasukan Taliban kehilangan nyawa, mereka tewas setelah terjebak di zona maut yang dibuat NRF.

Menurut Mayor Wazir Akbar Mohmand, Komandan Korps 215, Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANDSF) dalam 24 jam terakhir tercatat sebanyak 180 pasukan Taliban tewas dalam pertempuran sengit di dua lokasi berbeda di pintu masuk Panjshir.

"Dalam 24 jam, 135 Taliban dibunuh oleh Perlawanan di Panjshir dan 45 di Kapisa," kata Mayor Wazir dalam keterangannya.

Mayor Wazir menuturkan, sampai saat ini pasukan Taliban tak mampu menembus pagar betis pasukan NRF dan di basis utama NRF sudah siaga ribuan pasukan gabungan.

"Lima ribu pasukan menunggu di Panjshir dipersenjatai dengan helikopters, humvee dan artileri berat. Kami bukan Komando biasa. Kami adalah orang-orang yang menolak untuk menyerah dan akan berjuang sampai mati. Selamat Datang di Panjshir," kata dia.

Pasukan Perlawanan terbentuk setelah tergabungnya beberapa kelompok. Seperti pasukan militer Afghanistan alias Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANDSF) yang menyingkir dari Ibukota Kabul ketika kota bersejarah itu digempur pasukan Taliban.

Lalu dari pasukan detasemen tempur yang dikomandani Yar Muhammad Dostum, putra dari jenderal perang Afghanistan Abdul Rashid Dostum.