Dituduh Teroris, Sniper Militer Iran Guncang Olimpiade Tokyo
VIVA – Republik Islam Iran menjadi sorotan dunia. Penyebabnya, negeri yang selama ini dikurung dengan berbagai embargo itu berhasil mengguncang arena Olimpiade Tokyo 2020.
Tak tanggung-tanggung, Iran berhasil menyabet medali emas dari ajang olahraga kasta tertinggi di dunia itu. Iran mendapatkan medali emas melalui atlet menembak mereka yaitu Javad Foroughi.
Atlet berusia 41 tahun itu berhasil merebut medali emas sekaligus medali pertama dari Ollimpiade Tokyo 2020 bagi Iran dari cabang olahraga menembak.
"Debut emas. Medali juara pertama. Javad Foroughi memenangkan emas di final pistol udara pria, memecahkan Rekor Olimpiade pada penampilan Olimpiade pertamanya. Sudah selesai dilakukan dengan baik!," tertulis dalam siaran resmi Olimpiade Tokyo 2020.
Medali emas yang didapatkan Javad itu membuat Iran sangat senang, apalagi dengan raihan medali itu Iran kini bercokol di peringkat 13 klasemen sementara perolehan medali Oimpiade Tokyo 2020.
Namun, ternyata aksi Javad mengguncang jaga di Tokyo menuai masalah. Sebab, prajurit militer Iran itu, dituduh sebagai penjahat dunia yang tak pantas mendapatkan medali emas di ajang bergengsi dunia itu.
Kecaman terhadap Javad muncul pertama kali negeri para Yahudi, Israel. Dilansir VIVA Militer dari Jpost, Senin 26 Juli 2021, Javad yang tergabung dalam Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) alias Pasukan Garda Revolusi Islam Iran itu dicap sebagai seorang teroris.
Jpost menyebut baru mendapatkan keterangan resmi dari United for Navid, dan lembaga itu menilai medali emas yang diraih Javad hanya memperburuk citra Olimpiade di mata dunia. Apalagi Javad disebut merupakan salah satu sniper atau penembak jitu IRGC.
"Menganggap pemberian Medali Emas Olimpiade kepada penembak jitu Iran Javad Foroughi tidak hanya menjadi bencana bagi olahraga Iran tetapi juga bagi komunitas internasional, dan terutama reputasi International Komite Olimpiade (IOC). Foroughi yang berusia 41 tahun adalah anggota organisasi teroris (IRGC) saat ini dan sudah lama," tulis Jpost sesuai pernyataan resmi dari UFN.
UFN mengaitkan prestasi yang telah diraih Javad itu dengan eksekusi yang dilakukan Iran terhadap pegulat Yunani-Romawi, Navid Afkari. Pegulat itu dieksekusi karena dinyatakan bersalah membunuh seorang penjaga keamanan selama protes Iran 2018.
Untuk diketahui, cap sebagai teroris kepada IRGC pertama kali dinyatakan Departemen Keuangan Amerika Serikat. Sebab IRGC dituduh sebagai pendukung organisasi teroris seperti Hizbullah, Hamas, PIJ, PFLP-GC dan Taliban.